REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- PBB menyampaikan keprihatinan yang mendalam sehubungan dengan bentrokan antara Suku Rezeigat dan Ma'alia di Darfur Timur, Sudan, Senin (11/5).
"Saya sangat prihatin dengan meletusnya pertempuran. Kota kecil ini dipenuhi warga biasa, kebanyakan dari mereka perempuan dan anak kecil yang cuma berusaha hidup dalam kedamaian. Mereka tak boleh dibiarkan memikul beban konflik baru ini," kata Residen PBB dan Koordanitor Kemanusiaan di Sudan Geert Cappalaere dalam satu pernyataan.
Ia mendesak semua pihak secepatnya menghentikan perang, menahan diri untuk mencegah peningkatan kerusuhan dan mendukung upaya penengahan agar konflik selesai secara damai.
Konflik antara Suku Rezeigat dan Ma'alia berawal pada 1996 akibat sengketa tanah. Konflik tersebut belakangan berubah jadi kerusuhan setelah minyak ditemukan di daerah sengketa.