REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Sekelompok pria bersenjata tiba-tiba memasuki sebuah bus dan langsung menembaki penumpang sehingga menewaskan 43 orang di kota Karachi, Rabu (13/5).
Menurut keterangan polisi, seperti dikutip kantor berita Antara, bus berwarna merah muda itu nampak rusak karena lubang-lubang peluru sementara warna merah darah memenuhi tempat duduk dan bahkan menetes sampai ke pintu.
"Kelompok bersenjata itu menaiki bus dan salah seorang di antaranya berteriak 'bunuh mereka semua!' Kemudian mereka mulai menembaki semua orang yang mereka lihat," kata penumpang yang selamat saat diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi.
Pejabat kepolisian, Najib Khan, mengatakan bahwa para pelaku berjumlah enam orang dan semua penumpang bus adalah penganut Ismaili, sebuah sekte minoritas Muslim Syiah. Mayoritas penduduk Pakistan menganut Sunni.
Di sisi lain, kelompok militan Jundullah telah mengaku bertanggung jawab atas serangan keji itu. Organisasi itu punya hubungan dekat dengan Pakistan Taliban dan sempat menyatakan patuh terhadap Daulah Islam (ISIS) pada November 2014.
"Mereka yang terbunuh adalah orang-orang Ismaili yang kami anggap kafir. Dalam beberapa hari mendatang, kami akan kembali menyerang penganut Ismaili, Syiah, dan Kristen," kata juru bicara Jundullah, Ahmed Marwat, kepada Reuters.
Menurut keterangan kepala kepolisian provinsi Ghulan Haider Jamali, setidaknya 43 orang tewas dan 13 terluka akibat serangan tersebut.
Menanggapi kejadian tersebut, Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mengatakan bahwa serangan dengan target kelompok minoritas telah membuat dia prihatin. "Mereka adalah orang-orang patriotik dan cinta damai yang selalu bekerja untuk kejayaan Pakistan. Ini adalah upaya untuk memecah belah negara ini," kata Sharif.
Seorang pemeluk Ismaili, Uzma Alkarim, mengatakan bahwa komunitasnya selalu menggunakan bus untuk bekerja setiap harinya dan pernah menerima ancaman. "Sekitar enam bulan yang lalu, para tetua komunitas telah mengingatkan kami untuk berhati-hati karena munculnya ancaman keamanan. Namun akhir-akhir ini situasinya sudah mereda," kata dia.
Di dalam bus nahas, para penyerang nampak meninggalkan sejumlah selebaran dalam bahasa Inggris. Selebaran itu bertuliskan "Datangnya Daulah Islam (ISIS)" sambil menyalahkan Syiah untuk "kejahatan barbar di Suriah, Irak, dan Yaman."
Sebelumnya pada Januari lalu, kelompok Jundullah menewaskan 60 orang melalui serangan bom di masjid Syiah, Provinsi Sindh. Beberapa pekan kemudian, kelompok Taliban juga mengebom masjid Syiah lain di kota Peshawar.
Kelompok minoritas korban selama ini menyalahkan pemerintah karena tidak melindungi mereka.