REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKU -- Palmyra, sebuah kota kuno di Suriah yang telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia, menghadapi ancaman kehancuran oleh serangan Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). UNESCO memperkirakan reruntuhan monumental kota ini dulunya merupakan salah satu pusat kebudayaan paling penting dari dunia kuno.
Sejumlah bukti memperkirakan kota ini berasal dari periode Neolitik pada masa pra-sejarah. Peralatan batu yang ditemukan di kawasan itu kurang lebih berasal dari tahun 7500 SM. Pada 2000 SM, kota ini telah menjadi tempat pemberhentian kafilah dagang yang penting.
Dilansir dari The Week pada Jumat (15/5), New York Times melaporkan, reruntuhan kota ini menunjukkan percampuran budaya Yunani, Romawi, Persia dan Islam, dengan sebagian besar tiang-tiang, kuil, pemandian dan lengkungannya merujuk ke abad pertama Masehi.
Namun, konflik panjang di Suriah telah mengancam situs ini. Pada 2013, Reuters melaporkan jika Candi Baal dari abad pertama Masehi telah terkena mortir, sementara Great Colonnade terkelupas oleh pecahan peluru.
Warga mengatakan, tentara Suriah telah menempati situs ini, mengambil alih sebuah hotel wisata, dan menembaki dari reruntuhan kuno. Mereka juga melaporkan adanya penjarahan. Ancaman terbaru kota ini, menurut New York Times, berasal dari para pejuang ISIS yang lokasinya kini sangat dekat. Pertempuran yang berlangsung kemarin hanya berjarak satu mil dari reruntuhan.
ISIS telah menghancurkan sebagian besar situs kuno di Nimrud, Hatra dan Nineveh di Irak. New York Times memperkirakan hal yang sama akan terjadi jika mereka menguasai situs ini.
Dalam sebuah video, ISIS berpendapat penghancuran itu dilakukan untuk mendukung negara Islam yang akan mereka dirikan. Mereka menganggap monumen-monumen bersejarah itu sebagai patung dan berhala yang digunakan untuk melakukan kesyirikan.