Ahad 17 May 2015 15:00 WIB

Pentingnya Umat Islam Bekerja Keras

Rep: c94/ Red: Agung Sasongko
Bekerja Keras (ilustrasi)
Foto: Musiron/Republika
Bekerja Keras (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bendahara Pengurus Pusat Muhadiyah, Anwar Abbas menilai pada hakikatnya manusia harus mengerjakan pekerjaan dengan tekun. Sebuah pekerjaan atau hal yang dilakukan dengan mengingat Allah adalah sebuah mediasi rizki manusia.

Sebab, menurut Anwar, manusia yang beriman akan selalu berusaha dalam upaya mengapai rezekinya. "Dalam Alquran sudah jelas bahwa manusia sedang dalam kerugian kecuali bagi mereka yang berbuat kebaikan kebenaran dan beramal shaleh. Sehingga bukan sembarang bekerja," kata dia, Ahad (17/5).

Anwar menilai, manusia yang tidak berkerja dalam berbuat suatu untuk hal kebaikan adalah pengangguran. Pekerjaan adalah ibadah sekaligus media meraih rizki yang diridhai Allah. Hanya saja, pekerjaan harus disertai jalan yang dirodhoi Allah.

"Jangan biarkan diri kita untuk tidak berbuat sesuatu sebab rizki bukan hanya berbentuk materi. Allah sudah perintahkan umatnya untuk berbuat baik dan itu bekerja," katanya.

Pemerintah Indonesia saat ini tidak sanggup menciptakan lahan pekerjaan. Maka umat Islam-lah yang berkewajiban membuat peluang pekerjaan. Tentunya, kata Anwar, pekerjaan tergantung pada individu manusiannya karena manusia yang beriman akan terus berbuat sesuatu yang baik.

"Jika ada manusia yang sedang berusaha membutuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya itu adalah bentuk ibadah," ucapnya.

Dalam Islam, Anwar melanjutkan, Allah menwajibkan manusia untuk bekerja melakukan hal yang baik. Anwar kembali menjelaskan, pekerjaan selain sebuah wasilah untuk jalan rizki Allah adalah tanda orang beriman. "Jika manusia tidak berusaha  bekerja maka peluang rezekinya akan keci," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement