REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah tim khusus interogasi dari CIA, FBI dan Pentagon telah dikirim ke Irak untuk menggali informasi dari Umm Sayyaf, istri pemimpin senior ISIS, Abu Sayyaf yang tewas dalam serangan AS di Suriah, akhir pekan lalu. Pentagon memastikan interogasi dilakukan tanpa tindakan kasar.
"Kami tidak akan menampar," kata pejabat Pentagon yang tak diungkap identitasnya, dilansir Washington Post, Selasa (19/5).
Umm Sayyaf, istri Abu Sayyaf, ditangkap dalam serangan pasukan elite AS Delta Force dengan helikopter UH-60 Black Hawk dan V-22 Osprey yang menghantam ke Suriah Timur dari Irak. Abu Sayyaf tewas dan sang istri dibawa pergi ke fasilitas Irak yang dirahasiakan.
"Tim interogasi Amerika akan mempertanyakan, pertama, nasib tahanan asing ISIS, terutama tawanan dari Amerika," ungkap salah satu pejabat AS.
Umm Sayyafanda juga diharapkan akan memberikan petunjuk tentang penanganan kelompok sandera asing, dan memberi informasi di mana letak basis amunisi tersembunyi milik pasukan Al Baghdadi tersebut.
Belum diketahui pasti teknik interogasi yang akan dilakukan tim khusus tersebut. Sejumlah pihak tak jarang menyatakan teknik yang dilakukan adalah waterboarding, sama seperti yang dilakukan AS saat menginterogasi sejumlah militan Alqaidah dan sejumlah aktor yang dituding di balik peristiwa 9/11. Waterboarding adalah teknik interogasi yang dikenakan kepada tahanan dengan cara mengikat tangan dan wajah, kemudian kepalanya ditutup dan dituangkan air.
Abu Sayyaf, atau Fathi ben Awn adalah orang Tunisia yang menjadi komandan ISIS dengan mengelola penjualan minyak dan gas di pasar gelap untuk mengumpulkan dana. Usai dipastikan tewas, ponsel dan laptopnya disita dan sekarang sedang dianalisis oleh intelijen.