REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menyatakan kericuhan yang terjadi di depan gedung Mahkamah Agung (MA) saat aksi pada Rabu (20/5) sore disebabkan oleh provokasi dari pihak kepolisian.
"Polisi memprovokasi kami dengan gestur tangan yang sebenarnya tidak perlu," kata Sekretaris IMM Irawan Puspito kepada Antara di kawasan Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Rabu (20/5).
Irawan menganggap tindakan polisi tersebut adalah penghinaan terhadap IMM dan beberapa elemen mahasiswa lain yang sedang melakukan aksi. "Gestur polisi itu sama saja dengan menghina kita. Teman-teman merasa tersinggung," ujar dia.
Adapun kericuhan itu terjadi saat rombongan yang terdiri dari IMM, Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis), Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) serta Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka berada di depan gedung MA, Jalan Medan Merdeka Utara.
Para pegiat yang awalnya tenang berubah menjadi "liar" dan melempari polisi yang berjaga dengan batu. Kejadian ini berlangsung selama kurang lebih 10 menit dan berhenti setelah polisi mundur ke dalam kawasan gedung MA.
Setelah kejadian tersebut, massa pun melanjutkan perjalanan ke Kantor Pusat IMM di Menteng melewati Jalan Medan Merdeka Timur dan sempat memacetkan wilayah tersebut.
Menurut pantauan Antara di Jalan Merdeka Timur, Rabu sore sekitar pukul 17.25 WIB, massa yang sebelumnya berunjuk rasa di depan Istana Merdeka ini bergerak ke Menteng dengan menaiki dua metro mini, dua kendaraan bak terbuka, beberapa sepeda motor sementara sisanya berjalan kaki sambil meneriakkan yel-yel dan melakukan orasi.
Dalam tuntutannya saat aksi, gabungan elemen mahasiswa tersebut meminta Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengundurkan diri dari posisinya karena tidak bekerja demi kepentingan rakyat dan belum bisa menyejahterakan rakyat.
"Jika presiden dan wapres tidak mampu mengemban tugas sebaiknya mundur saja," kata Sekretaris IMM Irawan Puspito kepada Antara.
Menurut Irawan, masih banyak tokoh lain yang berkompeten namun tidak mendapatkan banyak dukungan. "Saya rasa di dalam bangsa ini banyak orang baik namun tidak mendapatkan dukungan yang memadai. Tidak seperti Jokowi yang dari awal sudah mendapatkan pencitraan sendiri," ujar dia.