Ahad 24 May 2015 12:15 WIB

Lima Gerakan Pemberdayaan yang Perlu Dilakukan Aisyiyah

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Agung Sasongko
Ketua Umum Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini memimpin jalannya sidang pleno II dalam Tanwir Muhammadiyah di Hotel Horison, bandung, Jawa barat, Jumat (22/6). Sidang tersebut membahas laporan dinamika gerakan Muhammadiyah di tingkat wilayah dan organisa
Foto: Republika/Agung Supri
Ketua Umum Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini memimpin jalannya sidang pleno II dalam Tanwir Muhammadiyah di Hotel Horison, bandung, Jawa barat, Jumat (22/6). Sidang tersebut membahas laporan dinamika gerakan Muhammadiyah di tingkat wilayah dan organisa

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Coordinator South East Asia, Regional Forum on Islamic on Epistemology and Education Reform Habib Chirzin mengatakan Aisyiyah ke depan harus mengembangkan tajdid di bidang ilmu dan peradaban. Hal ini sebagai realisasi konkrit dari Gerakan Perempuan Islam Berkemajuan.

Persyarikatan Aisyiyah perlu melakukan ijtihad untuk melakukan pilihan strategi dan program-programnya. Setidaknya ada lima gerakan pemberdayaan yang perlu dilakukan yakni: Pertama, gerakan pemberdayaan masyarakat yang berorientasi kesejahteraan. Kedua, gerakan pemberdayaan masyarakat yang berorientasi kemandirian dan kelestarian.

"Ketiga, gerakan pemberdayaan masyarakat yang berorientasi advokasi dan perubahan sosial. Keempat, gerakan pemberdayaan masyarakat yang berorientasi advokasi kebijakan publik dan gerakan sosial. Kelima, gerakan sosial baru yang bersifat multi sektoral dan integrated," kata dia, Ahad (24/5).

Aisyiyah, kata dia menambahkan, juga harus membangun jaringan dari tingkat lokal, nasional, regional sampai ke tingkat global. Jaringan ini terutama dilakukan dalam kerangka advokasi kebijakan publik dan penguatan masyarakat madani dalam bentuk gerakan sosial yang mengembangkan budaya damai yang lestari sebagai nilai dasar Islam.

Menurut Mantan Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Amin Abdullah, menjadi muslim berkemajuan berarti tidak hanya melulu berpikir tentang Qur'an dan kehidupan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memikirkan tentang kehidupan yang kita jalani secara bersama-sama dengan seluruh umat manusia dan seluruh ciptaan di atas planet.  

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Abdul Malik Fadjar mengungkapkan selama ini sering dilihat Islam hanya sebatas kutak-katik fikih. ''Kalau itu saja yang dikedepankan kita semakin sempit. Aisyiyah menuju abad kedua harus lebih terbuka. Mentransformasikan pikiran ke dalam praksis dan sekaligus ke dataran akar rumput,''harap dia.

Selanjutnya Mantan Ketua Umum PP Aisyiyah Prof Siti Chamamah mengatakan mengawali abad kedua Aisyiyah harus introspeksi, men-charge semangat berorganisasi (kesadaran, kepedulian dan kenikmatan bergiat di organisasi.), meningkatkan kualitas diri (organisasi, sistem, sumber daya insani baik anggota pimpinan, anggota dan semua yangterlibat dalam usaha organisasi). nneni ridarineni

 

   

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement