Senin 25 May 2015 13:31 WIB

Ratusan Tukik Dilepaskan ke Laut

Telur Penyu dan Tukik
Foto: supporterwwf.org
Telur Penyu dan Tukik

REPUBLIKA.CO.ID, MUKOMUKO --Ratusan tukik atau anak penyu dilepas di perairan Pantai Air Hitam, Kabupaten Mukomuko. Ratusan tukik itu dilepas Komunitas Penyu Bengkulu untuk memperingati Hari Penyu Seduni 2015.

"Kami melepas anak penyu ke habitatnya sebagai dukungan pelestarian satwa dilindungi ini," kata Ketua Panitia Hari Penyu Sedunia dari Komunitas Penyu Bengkulu, Fitri Wulansari di Bengkulu, Senin (25/5).

Ia mengatakan tukik yang dilepas dari hasil penangkaran yang dilakukan masyarakat lokal di Desa Air Hitam yang berbatasan dengan Taman Wisata Alam (TWA) Air Hitam. Anggota komunitas dan kelompok masyarakat setempat, kata dia, selama ini aktif memantau dan mengamankan telur penyu yang ada di pantai tersebut.

Masyarakat setempat, tambah dia, melalui organisasi Kelompok Pemuda Pemudi Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (KP3LH) Desa Air Hitam secara rutin mengamankan penyu yang bertelur di pantai wilayah itu. "Beberapa tahun terakhir kami bersama kelompok masyarakat mengawasi dan melindungi penyu-penyu yang naik ke pantai untuk bertelur," tambah dia.

Ancaman bagi penyu yang bertelur di perairan itu antara lain pencurian oleh orang tidak bertanggungjawab serta keberadaan predator seperti biawak dan lainnya. Komunitas Penyu Bengkulu merupakan kelompok bentukan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapetala) Universitas Bengkulu yang fokus pada pelestarian penyu di perairan Bengkulu.

Koordinator Komunitas Penyu Bengkulu Ayub Saputra mengatakan ada tiga jenis penyu yang sering bertelur di sepanjang pesisir Bengkulu yakni penyu jenis lekang, sisik dan hijau. "Panjang pantai Bengkulu mencapai 525 kilometer di mana hampir seluruh wilayah itu sebenarnya menjadi lokasi pendaratan penyu untuk bertelur," katanya.

Namun, kerusakan pesisir akibat berbagai kegiatan eksplotatif membuat sejumlah pesisir tidak lagi didarati penyu untuk bertelur. Peringatan Hari Penyu Sedunia digelar setiap 23 Mei yang dimulai pada 2000, mendorong manusia menyelamatkan spesies terancam punah itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement