REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Polisi Anas Yusuf menegaskan bahwa di wilayah hukumnya tidak ditemukan kasus beras sintesis dan tidak terbukti secara laboratoris.
"Tidak ada (beras sintesis) di sini, aparat saya di bawah sudah berkoordinasi dengan masing-masing pemerintah daerah, dan tidak menemukannya," katanya di Surabaya, Rabu (27/5). Setelah memimpin serah terima jabatan pejabat utama dan tujuh Kapolres di Mapolda Jatim, ia menegaskan bahwa beras sintesis itu tidak terbukti secara laboratoris.
"Itu isu yang nggak benar, karena hasil laboratorium untuk mengecek komposisi secara forensik pun tidak menemukannya," kata mantan Wakabareskrim Polri tersebut. Oleh karena itu, ia menduga kasus beras sintesis itu hanya merupakan isu yang sengaja diembuskan untuk memberi tekanan kepada pemerintah.
Selain memantau perkembangan kasus beras sintesis itu, pihaknya juga sudah meminta jajarannya untuk bekerja sama dengan pemerintah daerah guna memantau harga bahan kebutuhan pokok menjelang puasa Ramadhan 1436 Hijriah. "Mereka (Polres) akan mendata, kebutuhan pokok apa saja yang naik dan apakah kenaikan itu tergolong wajar atau ada pihak tertentu yang memanfaatkan momentum untuk kepentingan pribadi," katanya.
Hingga kini, katanya, pihaknya menilai kenaikan harga bahan kebutuhan pokok yang terjadi masih tergolong wajar. "Apa yang ada masih sentimen pasar yang wajar," katanya.
Namun, pihaknya juga menggelar Operasi Patuh Semeru 2015 selama 14 hari mulai 27 Mei sampai 9 Juni 2015 untuk menciptakan kondisi yang aman dan lancar menjelang Ramadhan dan Lebaran. "Dalam operasi itu, kita meningkatkan perkuatan personel di lapangan untuk menciptakan kondisi yang tertib, aman, dan menekan jumlah korban kecelakaan lalu lintas. Tapi, operasi dilakukan secara persuasif," katanya.