REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan jumlah sampah antariksa yang beterbangan di atas ruang angkasa Indonesia mencapai 20 ribu jenis kepingan.
"Kami harus memantau sampah-sampah tersebut yang berserakan di angkasa," kata Thomas usai menandatangani kerja sama antar instansi dan universitas nasional di Jakarta, Senin (1/6).
Alasan pemantauan secara berkala adalah untuk menghindari tabrakan dengan satelit Indonesia dan juga mengantisipasi adanya potensi jatuh ke bumi.
"Potensi jatuh tetap ada makanya, harus terus diawasi dan memperingatkan masyarakat serta lembaga terkait guna menghindari efek bahaya yang timbul dari sampah tersebut jika jatuh," tuturnya.
Saat ini Lapan belum mempunyai teknologi canggih yang mamadai untuk membersihkan sampah-sampah tersebut, namun usaha penelitian tetap diarahkan untuk menuju ke arah perbaikan angkasa Indonesia.
"Salah satu cara mengembangkan iptek adalah dengan mengadakan kerja sama seperti ini, karena kami juga akan banyak mendapat masukan ilmu," ujarnya.
Salah satu bentuk kerja sama yang disebutkan adalah pemanfaatan teknologi antariksa untuk perencanaan pembangunan nasional. Untuk usaha ini diperlukan upaya menggandeng perguruan tinggi.
Perguruan tinggi yang akan bekerja sama dengan Lapan adalah Universitas Udayana, Universitas Ahmad Dahlan dan Universitas Gadjah Mada.
"Akan ada banyak peningkatan pengetahuan, kami juga bisa mengetahui potensi maritim yang akan membantu masyarakat menemukan sumber daya laut yang baik," tuturnya.
Melalui citra satelit, potensi-potensi laut dapat diketahui tempat-tempat pastinya, termasuk jumlah ikan yang ada di perairan Indonesia.
Namun, khusus untuk potensi laut ini, Lapan masih merahasiakan beberapa informasi dan tidak menyebarluanya kepada masyarakat umum.
Alasannya adalah, menghindari adanya pemanfaatan yang berlebihan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terkait exploitasi laut.