REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Thomas Djamaluddin mengatakan Indonesia masih aman dan tidak akan terpengaruh oleh gelombang panas yang menerjang negara India serta menewaskan banyak warga.
"Indonesia masih aman, gelombang panas tersebut tidak akan mengarah ke Indonesia, karena dinamika atmosfer di sana dan di sini sudah berbeda," kata Thomas usai acara penandatanganan kerja sama dengan beberapa universitas-universitas nasional di Jakarta, Senin (1/6).
Ia menjelaskan Lapan terus memantau pergerakan cuaca dari penginderaan jarak jauh melalui satelit, sehingga setiap peningkatan suhu akan terpantau.
Penelitian mengenai bencana-bencana juga akan dievaluasi dengan data dan statistik sehingga lebih mudah untuk diantisipasi sebelum kejadian.
Sebelumnya, lebih dari 1.100 orang telah tewas akibat sengatan gelombang panas di seluruh India dalam satu pekan terakhir.
Kota Nagpur di Negara Bagian Maharashtra di India Tengah mencatat temperatur tertinggi, 47,1 derajat Celsius, pada Sabtu (30/5), kata beberapa pejabat badan meteorologi.
Mei dan Juni adalah masa dengan cuaca terpanas di India. Pada bulan tersebut, suhu udara biasanya mencapai di atas 40 derajat celcius.
Namun demikian, sejumlah pakar meteorologi mengatakan bahwa jumlah hari dengan suhu sekitar 45 derajat celcius terus naik sepanjang 15 tahun belakangan.
Kebanyakan korban adalah para manula dan pekerja yang menderita dehidrasi.
Gelombang panas di India disebabkan oleh angin kontinental kering yang ditiup dari Iran dan Afghanistan. Cuaca tersebut diperkirakan akan mereda pada akhir pekan ini sebelum kedatangan musim hujan di wilayah timur dan selatan.