Rabu 03 Jun 2015 01:25 WIB

Ini Isi Pidato Pengunduran Diri Presiden FIFA

Rep: C85/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sepp Blatter
Foto: AP/Ennio Leanza/Keystone
Sepp Blatter

REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH - Presiden FIFA Sepp Blatter secara mengejutkan menyatakan mundur dari jabatannya. Pernyataan Blatter ini dia ungkapkan di tengah kemelut yang melanda FIFA, atas tuduhan korupsi oleh beberapa pejabat FIFA.

Kemunduran Blatter juga hanya berselang 5 hari setelah dirinya terpilih kembali sebagai pucuk pimpinan organisasi sepakbola dunia tersebut.

Blatter terpilih menjadi presiden FIFA kedelapan, mengalahkan Pangeran Ali bin Al Hussein dalam pemilihan di Jordan pekan lalu.

Seperti dilansir dari laman The Guardian, berikut isi pidato pengunduran diri Blatter:

"Saya telah merefleksikan diri saya secara mendalam kepemimpinan saya dan selama 40 tahun ini, di mana hidup saya telah terikat pada FIFA, dengan segala hal tentang sepakbola. Saya menghargai FIFA lebih dari apa pun dan saya hanya ingin melakukan apa yang terbaik bagi FIFA dan sepak bola. Saya merasa terdorong untuk berdiri untuk ikut dalam bursa pemilihan kembali, karena saya percaya bahwa ini adalah hal terbaik bagi organisasi. Pemilu telah usai, tapi tantangan FIFA belum usai. FIFA membutuhkan perbaikan secara mendalam.

Sementara saya memiliki mandat dari keanggotaan FIFA, saya tidak merasa bahwa saya memiliki mandat dari seluruh dunia sepak bola - fans, para pemain, klub, dan juga semua orang yang menggantungkan hidup, bernapas, dan mencintai sepak bola seperti yang kita semua lakukan di FIFA.

Oleh karena itu, saya telah memutuskan untuk meletakkan mandat saya pada Kongres Luar Biasa. Saya akan terus melaksanakan fungsi saya sebagai Presiden FIFA sampai kongres tersebut. Kongres FIFA berikutnya akan berlangsung pada 13 Mei 2016 di Meksiko.

Hal ini akan menciptakan penundaan yang tidak perlu dan saya akan mendesak Komite Eksekutif untuk mengatur Kongres Luar Biasa untuk pemilihan pengganti saya pada kesempatan pertama. Hal ini perlu dilakukan sejalan dengan undang-undang FIFA dan kita harus memberikan waktu yang cukup untuk kandidat terbaik untuk menampilkan diri dan berkampanye. Karena saya tidak akan menjadi kandidat, dan karena itu saya sekarang bebas dari kendala-kendala pemilihan, saya akan dapat fokus pada pencapaian jangka panjang, dan reformasi mendasar yang melampaui upaya kami sebelumnya.

Selama bertahun-tahun, kami telah bekerja keras untuk melakukan reformasi administrasi secara mendalam, tapi itu jelas bagi saya bahwa sementara ini harus jalan terus, belum lah cukup. Komite Eksekutif mencakup perwakilan dari konfederasi yang bukan di bawah kontrol kami, kecuali kepada siapa FIFA harus bertanggung jawab.

Kita perlu perubahan struktural yang mengakar. Jumlah Komite Eksekutif harus dikurangi dan anggotanya harus dipilih melalui Kongres FIFA. Cek integritas untuk semua anggota Komite Eksekutif harus diselenggarakan secara terpusat melalui FIFA dan tidak melalui konfederasi. Kita perlu batasan masa jabatan tidak hanya untuk presiden, tetapi untuk semua anggota Komite Eksekutif. Saya telah berjuang untuk perubahan ini sebelum dan, seperti semua orang tahu, usaha saya telah diblokir.

Kali ini, saya akan berhasil. Saya tidak bisa melakukan ini sendirian. Saya telah meminta Domenico Scala untuk mengawasi proses pengenalan, pelaksanaan, serta langkah-langkah lain. Scala adalah Ketua Tim Audit independen dan Komite Kepatuhan yang dipilih oleh Kongres FIFA.

Ia juga Ketua Komite ad hoc Pemilu dan, dengan demikian, ia akan mengawasi pemilihan penerus saya. Scala mendapat kepercayaan dari berbagai konstituen dalam dan di luar FIFA dan memiliki semua pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk membantu menjalankan reformasi ini.

Ini adalah bentuk perhatian saya yang mendalam untuk FIFA dan kepentingan yang ada yang telah menyebabkan saya untuk mengambil keputusan ini. Saya ingin mengucapkan terima kasih mereka yang selalu mendukung saya dengan cara yang konstruktif dan setia sebagai Presiden FIFA dan yang telah melakukan begitu banyak untuk permainan yang kita semua cinta. Yang penting bagi saya lebih dari apa pun adalah bahwa ketika semua ini berakhir, sepak bola adalah pemenangnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement