REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI pengganti Jenderal Moeldoko yang nantinya terpilih, diimbau tidak sibuk mencari pengakuan untuk dirinya sendiri. Panglima baru harus bisa membawa nama baik dengan mengatasnamakan lembaga bukan menonjolkan dirinya.
Pengamat militer dari Universitas Padjajaran, Muradi menilai Panglima TNI terpilih nantinya memiliki tanggung jawab yang berat. Sebagai pimpinan suatu lembaga tidak etis jika nanti hanya meninggikan pamornya di hadapan publik.
"Panglima nantinya jangan terlalu menonjolkan keakuan dirinya seperti yang kita tahu sudah jadi rahasia umum Panglima TNI yang sebelum-sebelumnya begitu," kata Muradi saat dihubungi ROL, Rabu (3/6).
Jabatan tinggi sebagai panglima diakuinya memang akan meningkatkan popularitas. Tapi hendaklah tidak terbuai, justru mendorong kemajuan pamor bagi lembaganya bukan pribadinya.
Panglima dikatakannya harus mampu memahami visi TNI. Tentunya demi kemajuan lembaga ke depannya. Tidak justru memperlihatkan dirinya sebagai orang nomor satu di TNI tapi tidak membawa kemajuan bagi lembaga yang dibawahinya.
"Dia harus mampu memahami dan menilai visi yang akan dibawa, jangan kemudian asyik sendiri dengan pamornya, dan melupakan tanggung jawabnya," ujarnya.
Ia juga menambahkan komunikasi TNI kepada seluruh aparatur pemerintahan termasuk presiden harus lebih diintensifkan. Sebab sebagai lembaga negara, TNI berkaitan dengan banyak instansi pemerintahan di bidang pertahanan dan keamanan.