REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Direktur Internasional State Crame Initiative di Queen Mary University of London, Penny Green menilai biksu Ashin Wirathu memainkan peran sentral dalam menebar kebencian terhadap Muslim Rohingya. Lewat pidatonya, Wirathu menyebut Muslim Rohingya dapat menciptakan kekerasan dengan komunitas lain di Myanmar.
“Dengan pidato kebenciannya dan Islamofobia yang menciptakan, mengingat bahwa Rohingya dikelilingi oleh komunitas bermusuhan yang dapat melecut menjadi kekerasan dengan sangat cepat,” ujar Penny, seperti dilansir South China Morning Post, Kamis (4/6).
Muslim Rohingya, kata Penny, kini harus pergi meninggalkan Myanmar. Mereka pergi dengan menggunakan kapal tak peduli dengan risiko tinggi dapat menimpanya. “Mengapa orang-orang ini meninggalkan kapal? Mengapa orang akan risiko kematian di laut lepas,” kata Penny.
Keputusan meninggal Myanmar, lanjutnya, tak lepas dari tekanan yang terus didapatkan Muslim Rohingya. Keberadaan mereka semakin terus memburuk. Sehingga, tidak melihat masa depan cerah untuk kehidupan yang lebih baik.
Seperti diketahui, ribuan Muslim Rohingnya, keluar mencari suaka ke berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Indonesia akhirnya memutuskan untuk menampung selama setahun pengungsi Rohingya tinggal di Aceh.