REPUBLIKA.CO.ID, BELFAST -- Mahasiswa Muslim di Queen University, Belfast terpaksa harus shalat di koridor-koridor dan tempat umum karena ketiadaan mushala atau ruang multi-agama. Mahasiswa mengaku tidak memiliki pilihan lain kecuali shalat di koridor, perpustakaan, sudut ruangan, atau tempat manapun yang dapat mereka temukan di QUB.
“Jika kami memiliki ruang untuk kami sendiri, itu akan lebih mudah. Kami harus buru-buru untuk menemukan ruang kelas kosong dan shalat di tengah-tengah perkuliahan,” kata Nadira Nazir, mahasiswa Muslim asal Malaysia, dilansir dari BBC, Jumat (12/6).
Nadira mengaku senang dengan pemahaman mahasiswa lain yang bersedia menanti mereka selesai shalat untuk memulai kuliah.
Ahmed Amer dari Masyarakat Muslim QUB menambahkan, ada banyak alasan bagi universitas untuk menyediakan ruang shalat. “Ruang shalat bukan sesuatu yang baru. Fasilitas ini telah disediakan oleh cukup banyak universitas di Inggris dan Republik Irlandia," kata Amer.
Penyediaan ruang shalat akan menjadi tanda bahwa universitas dapat mengakomodasi orang-orang dari semua latar belakang dan agama yang berbeda. Lagi pula, tidak ada biaya tambahan yang diperlukan untuk menyediakan ruang khusus ini.
Sementara itu, QUB melalui juru bicara mengatakan bahwa prioritas utama dalam strategi Visi 2010 Universitas Queen adalah meningkatkan jumlah siswa internasional. Dengan demikian, universitas saat ini sedang meninjau semua fasilitas yang mendukung.
Mereka juga mengatakan, sebuah ruangan telah disediakan di aula Queen Elms. Meskipun tidak disebutkan langsung sebagai ruang shalat atau ruang multi-agama, siswa dapat memanfaatkan ruang itu. Namun, salah satu mahasiswa Muslim mengatakan ruang itu tidak memadai dan jauh jaraknya dari kampus utama.
Saat ini, sekitar 1.200 mahasiswa internasional dari 80 negara belajar di QUB dan lebih dari 400 di antaranya beragama Islam.