Senin 15 Jun 2015 19:15 WIB

Penjualan Saham ke Perusahaan Sawit Malaysia 'Win-Win Transaction'

Kebun sawit, ilustrasi
Foto: Darmawan/Republika
Kebun sawit, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perusahaan kelapa sawit PT Eagle High Plantation menjual saham kepada Felda Global ventures (FGV) Malaysia. Managing Direktur Rajawali Corpora Darjoto Setyawan mengatakan penjualan saham ini merupakan 'win-win transaction'.  Rajawali berhasil menggaet partner strategis yang memiliki pengalaman dan keahlian mumpuni di bidang perkebunan.

“Ini sinergi yang saling menguntungkan,” kata Darjoto, Senin (15/6).

Eagle High Plantation merupakan perkebunan sawit dengan luas 419.000 hektar atau enam kali luas negara Singapura. Dari jumlah tersebut, sekitar 150 ribu hektare merupakan kebun yang telah ditanami dengan rata-rata umur tanaman 8 tahun, memasuki usia premium perkebunan sawit. Kelapa sawit memiliki umur produktif 25-30 tahun, dengan produktivitas tertinggi pada 8-18 tahun.

Darjoto menganggap transaksi ini akan membuka peluang bagi kedua pihak untuk membangun sinergi yang saling menguntungkan, mengembangkan industry hilir kelapa sawit di Indonesia. Dengan sinergi ini menurutnya Indonesia berpotensi menjadi pusat produksi Global Oleochemical dunia termasuk memperkuat perdagangan antara Indonesia dan Malaysia.

Rajawali Corpora meneken kesepakatan penjualan 37 persen saham PT Eagle High Plantation Tbk., kepada FGV, pada harga 632 juta dollar AS berupa tunai dan stock deal. Ini merupakan transaksi terbesar perkebunan sawit di Indonesia, sampai saat ini. Penandatangan kesepakatan yang digelar di Jakarta, Jumat, (12/6) ini juga disaksikan Menteri Koordinator Perekonomian Sofjan Djalil (dari pihak Indonesia) dan Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia, Dato’ Sri Mustapa Mohamad.

 

Presiden dan CEO FGV Grup, Dato’ Mohd Emir Mavani Abdullah menegaskan pembelian saham PT Eagle High Plantations merupakan pembelian saham paling murah  yang pernah dilakukan FGV.  Tahun lalu, Felda juga membeli Asian Plantation di Malaysia pada harga EV 20.400 dollar AS per hektar.  

Bagi FGV, transaksi tersebut membuka akses terhadap pasar dan kebun yang luas di Indonesia. FGV merupakan satu dari lima besar pemain di industri kelapa sawit dunia, yang memiliki sejumlah kilang dan unit usaha di banyak negara seperti Kanada, Amerika Serikat, Turki, Spanyol, Perancis – selain di Malaysia, Pakistan,  Myanmar, Thailand dan Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement