REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- FIFA yang tengah dilanda skandal menyatakan kekecewaannya pada Selasa (16/6) atas berita yang menyebutkan Pusat Nobel Perdamaian di Oslo akan mengakhiri kemitraan dengan badan dunia yang mengatur sepak bola itu.
Pusat Nobel Perdamaian (NPC) dan FIFA telah menjadi mitra dalam inisiatif jabat tangan untuk perdamaian antara kapten tim dan ofisial sejak 2012.
Tapi pusat, sebuah cabang dari Komite Nobel yang menganugerahkan hadiah Nobel Perdamaian mengatakan pada hari Senin bahwa "Dewan Direksi meminta manajemen untuk mengakhiri kerjasama dengan FIFA secepatnya setelah keadaan memungkinkan".
FIFA, yang telah diterpa skandal korupsi dan belum pernah terjadi sebelumnya, menjawab: "Kami kecewa setelah mempelajari dari media tentang Maksud Pusat Nobel Perdamaian untuk mengakhiri kerjasama dengan FIFA pada inisiatif jabat tangan untuk perdamaian.
"FIFA enggan untuk menerima pendekatan unilateral ini terkait inisiatif antara masyarakat sepak bola dan Pusat Nobel Perdamaian.
"Tindakan ini tidak mewujudkan semangat fair play terutama karena menghalangi promosi atas nilai-nilai utama perdamaian dan anti-diskriminasi."
Pernyataan Nobel pada hari Senin (15/6) tidak secara eksplisit merujuk pada tuduhan korupsi di FIFA yang telah ditujukan kepada badan organisasi bergengsi itu. FIFA telah semakin terisolasi sejak Mei, ketika investigasi AS terkait tuduhan korupsi terhadap 14 orang.
Skandal spektakuler dibawah kendali bos FIFA Blatter juga telah melemparkan keraguan atas kewajaran proses penawaran tuan rumah untuk Piala Dunia 2018 dan 2022 untuk dipentaskan masng-masing di Rusia dan Qatar.
Pada hari Jumat, Interpol mengeluarkan kesepakatan senilai 20 juta euro (23 juta dolar AS) dengan organisasi untuk mempromosikan integritas dalam olahraga.
Dan beberapa sponsor - termasuk Coca-Cola, Adidas, Visa, McDonald dan Hyundai - menyambut pengumuman Blatter bahwa ia akan mengundurkan diri.