Rabu 17 Jun 2015 14:15 WIB

PBB: 250 Ribu Anak Kelaparan di Sudan Selatan

Para pengungsi yang menghindar dari perang saudara di Sudan Selatan
Foto: Reuters
Para pengungsi yang menghindar dari perang saudara di Sudan Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Seperempat juta anak-anak menghadapi ancaman kelaparan di Sudan Selatan yang tengah berkecamuk.

"Enam bulan lalu, kami pikir kekerasan dan penderitaan telah mencapai puncaknya dan perdamaian berada di cakrawala. Kami salah," kata Kepala Badan Bantuan PBB Tony Labzer yang dilarang berada di negara itu setelah memperingatkan mengenai kehancuran ekonomi, Selasa (16/6).

Dia mengatakan kerasnya pendirian politik membuat perdamaian semakin jauh, peperangan terus berlanjut dan mengarah pada kehancuran ekonomi. Perang sipil mulai pecah pada Desember 2013 ketika Presiden Salva Kiir menuduh bekas wakilnya Riek Machar merencanakan kudeta.

Hal itu memantik serangkaian pembunuhan balas dendam di seluruh negeri yang telah memecah negara miskin itu. Kemelut itu ditandai dengan pembunuhan etnis, pemerkosaan dan penggunaan tentara anak-anak.

"Di setengah bagian negara ini, satu dari tiga anak mengalami malnutrisi akut dan 250 ribu menghadapi kelaparan," imbuh Lanzer dalam laporan yang mendesak negara donor memberikan kontribusi 1,63 miliar dolar AS bantuan yang diajukan.

Dia mengatakan Sudan Selatan berada di peringkat terendah dalam pembangunan manusia dibandingkan tempat-tempat lain di muka bumi. Dua pertiga dari 12 juta penduduk negara itu membutuhkan bantuan, dengan 4,5 juta orang menghadapi ketidakamanan pangan serius.

"Pertempuran terbaru ditandai dengan pembakaran secara meluas rumah-rumah, penghancuran sekolah, rumah sakit dan pos-pos layanan kesehatan, pencurian puluhan ribu ternak, penghancuran tempat-tempat penampungan air dan serangan lain terhadap infrastruktur dan aset-aset penting bagi kehidupan masyarakat," demikian laporan itu.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement