REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN –- Debit air permukaan di Kabupaten Sleman berkurang dan berbagai sarana pengairan pun rusak. Salah satunya di wilayah sungai Boyong dan Gendol.
Menurut Kepala Bidang Penyediaan dan Pembinaan Sumber Daya Air, Dinas Sumber Daya Alam Energi dan Mineral (SDAEM) Kabupaten Sleman, Warsono, air di sungai tersebut mulai mengering pada awal kemarau ini.
“Debitnya memang berkurang. Tapi sejauh ini kami terus melakukan antisipasi pengairan melalui embung, bendungan, dan sumur pompa,” katanya, Kamis (18/6). Sedangkan untuk irigasi, Warsono mengakui ada jaringan yang rusak. Seperti di daerah Purwobinangun dekat Kali Boyong.
Namun begitu, ia menyampaikan bahwa kondisi pertanian di daerah tersebut masih dalam kondisi yang baik. Sebab masyarakat sudah mengganti tanamannya dengan palawija. Sehingga tidak membutuhkan pengairan yang banyak. Maka itu hingga saat ini dampak kekeringan belum begitu terasa.
Anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Purwobinangun, Rosyad Sholeh menuturkan, irigasi berukuran kecil yang mampu mengairi separuh pertanian di desanya saat ini putus akibat hujan lebat april lalu.
Adapun wilayah yang biasa mendapat pasokan air irigasi yaitu, Dusun Jamblangan, Cepet, dan Bener. Akibatnya lahan pertanian langsung menggunakan pengairan dari Sungai Boyong. “Ya dipasangi pipa-pipa untuk sampai ke lahan kami,” ujarnya.
Selain itu, irigasi berukuran besar di Bendo pun belum dapat berfungsi dengan baik. Namun karena saat ini petani sudah menanam jagung, kacang, dan jenis palawija yang lain. Dampak kemarau tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
“Ada juga bendungan yang rusak di salah satu dusun. Kalau tidak di Bener, ya di Cepet,” ungkap Rosyad. Hal ini pun dibenarkan oleh Warsono. Akibatnya, bendungan tidak dapat mengairi lahan pertanian seluas 10 sampai 15 hektar.
“Namun begitu untuk bendung rusak ini sudah dapat kami antisipasi. Caranya pun dengan memasang pipa paralon besar langsung ke lahan pertanian dari sungai,” ujar Warsono. Adapun kerusakan sarana pengairan memang kerap terjadi. Mengingat banyak bencana yang terjadi pada tahun ini.
Karena itu, menurutnya, Dinas SDAEM lebih mengedepankan proses pemeliharaan untuk mengurangi dampak kerusakan sarana yang ada. Adapun jaringan irigasi yang rusak saat ini tengah diperbaiki. “Untuk Desa Purwobinangun sendiri akan selesai sebelum akhir Juni ini,” paparWarsono.