Jumat 19 Jun 2015 19:14 WIB

Pelabuhan Internasional Kekurangan Petugas Kesehatan Hadapi MERS

Rep: Andi Nurroni/ Red: Bilal Ramadhan
 Seorang guru mengenakan masker kepada muridnya  untuk mengantisipasi wabah MERS di Seoul, Korea Selatan.
Foto: AP/Ahn Young-joon
Seorang guru mengenakan masker kepada muridnya untuk mengantisipasi wabah MERS di Seoul, Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Hadirnya terduga penderita Middle East Respiratory Symptom Coronavirus (MERS-CoV) di lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Selasa (16/6) harus menjadi peringatan bagi pemerintah untuk meningkatkan pencegahan datangnya penyakit menular melalui pelabuhan internasional.

Pasalnya, Pelabuhan Tanjung Perak memiliki sejumlah pelayaran langsung dengan negara-negara yang telah melaporkan terjadinya kasus MERS-CoV, seperti Korea Selatan, Hong Kong dan Thailand. Meski akhirnya pasien terbukti negatif MERS-CoV, sistem pencegahan penyakit menular yang berpotensi dibawa awak maupun penumpang kapal dari luar negeri harus diperkuat.

Humas PT Pelindo III unit Pelabuhan Tanjung Perak Dhany Rachmad Agustian menjelaskan, dalam upaya pencegahan penyakit dari luar negeri melalui pelabuhan, ada sejumlah instansi pemerintah yang ditempatkan khusus di pelabuhan.

Berkenaan dengan kasus MERS-CoV, Dhany menyampaikan, pihak yang memiliki otoritas adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan atau KKP di bawah Kementerian Kesehatan.  Hanya saja, menurut Dhany, mekanisme pemeriksaan kesehatan awak maupun penumpang kapal yang datang dari negara luar belum optimal.

Dhany menilai, kurangnya personel KKP menjadi faktor penyebab lemahnya sistem pemeriksaan kesehatan di pelabuhan. “Setiap hari kami menerima 90-110 kapal, 35 persennya berasal dari luar negeri,” ujar Dhany.

Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan Republika, terduga penderita MERS-CoV merupakan ABK kapal Korea Selatan berkewarganegaraan Cina. Terduga penderita MERS-CoV berinisial D tersebut sejatinya tidak datang langsung menggunakan kapal MV Scotian Express tempat ia bekerja.

D juga datang melalui penerbangan Cina-Hong Kong-Surabaya untuk selanjutnya hendak bergabung dengan para ABK MV Scotian Express lainnya. Setiba di Pelabuhan Tanjung Perak tempat kapalnya bersandar, D menderita demam tinggi.

Saat itulah, petugas KKP yang mendapat laporan kondisi D, kemudian merujuknya ke Rumah Sakit PHC Tanjung Perak. Karena kondisi demam D di atas suhu rata-rata, pihak Rumah Sakit PHC memasang sikap hati-hati lantas merujuknya ke RSUD dr Soetomo yang memiliki fasilitas karantina penyakit berbahaya. 

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Harsono berpendapat, dalam kasus dugaan penderita MERS-CoV yang teridentifikasi di Pelabuhan Tanjung Perak, petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan sudah tepat. Melihat gejala demam tinggi yang diderita orang asing, menurut Harsono, petugas langsung merujuknya ke rumah sakit terdekat untuk melakukan pemeriksaan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement