Jumat 26 Jun 2015 10:03 WIB

Tunanetra Pun Semangat Menghafal Alquran

Ibrahim (55 tahun) yang semangat mengaji Alquran
Foto: PPPA Daarul quran
Ibrahim (55 tahun) yang semangat mengaji Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, "Bissmillahirrahmanirahim....," lafal seorang pria paruh baya yang bersandar diding kusam.

Ia nampak khu'syu menggenggam dan melafalakan setiap titik braile yang disetuhnya. Sambil duduk bersila, ia terus melafalkan setiap ayat dengan fasihnya. Kelopak mata yang selalu tertutup tidak membuatnya gelisah ataupun ragu.

Pada tahun ini, pria yang akrab disapa Ibrahim berusia 55 tahun. Tapi, percaya dirinya tak bedanya dengan pemuda berusia 30 tahun. Tak lelah mengajak dan menyemangati teman-teman tuna netra lainnya untuk belajar Alquran dan menghafalkannya. Padahal nampak jelas ia tidak bisa berjalan dengan tegak.

 

"Semua hamba patut untuk belajar Alquran, baik yang sempurna maupun tidak, seperti kami. Karena, sebaik-baiknya manusia adalah yang belajar, mengamalkan dan mengajarkan Alqur'an," ujarnya, usai belajar Alquran.

Mengingat, rumah tempatnya berdiam menjadi tempat belajar dan menghafalkan Alquran setiap pekannya oleh peserta Rumah Tahfidz Nurul Qolbi 3. Karena, ia bersama sang istri membentuk RT Nurul Qolbi 3 sejak dua tahun lalu.

Ia mengungkapkan, membentuk majelis ilmu untuk belajar Alquran bersama teman-teman tuna netra lainnya adalah keinginannya dan istri sejak lama. Selama dua tahun berjalan ia tak pernah berhenti mengajak yang lainnya, meski harus mengorbankan waktu bahkan sedikit rezekinya.

"Kami tidak mempermasalahkan ataupun menyesali rezeki yang kami keluarkan untuk bisa mengajak teman-teman lainnya belajar Alquran."

Ia mengungkapkan, masih banyak teman-teman tuna netra tidak bisa membaca Alquran, padahal mereka adalah seorang muslim. Sebenarnya, banyak yang ingin bisa mengaji tetapi, tidak tahu bagaimana dan di mana belajarnya. Maka dari itu, ia pun mengikhlaskan rumahnya menjadi tempat teman-temannya belajar Alquran.

Menyempatkan datang dan ingin mencoba belajar mengaji sudah menjadi hadiah yang besar baginya. Meskipun begitu, hanya kepada Allah, ia meminta agar teman-teman lainnya tetap semangat untuk belajar dan menghafalkan Alquran, karena hal itu sudah cukup baginya.

Ia menyebutkan, saat ini terdapat sekitar 30 orang tuna netra yang tergabung dalam RT Nurul Qolbi 3 di Kreo. Tapi, tak jarang akan mencapai 40 bahkan kurang dari 30. Ibrahim memaklumi bahwa sebagai tuna netra dan kepala keluarga, banyak teman-temannya yang harus menafkahi keluarga dan mayoritas mereka bekerja pemijat.

Ketika ada panggilan memijat dan bertepatkan dengan jadwal belajar Alquran, maka ia memaklumi jika teman-temannya yang lain memiliki panggilan kerja. Mengingat, mendapatkan pekerja bagi seorang tuna netra tidak lah mudah.

"InsyaAllah, selama saya dan istri masih bernafas, kami tak akan menyerah untuk terus mengajak teman tuna netra lainnya belajar Alquran dan mengahafalkannya. Karena, saya ingin teman lainnya yang seperti saya pun mengetahui mana yang baik tidaknya ataupun salah dan benarnya menurut ajaran Islam, sesuai tuntunan Rasulullah SAW," lanjutnya.

Meskipun tidak bisa melihat, ia menambahkan, bukan berarti tidak mengetahui apa-apa dan tidak bisa belajar. Ia menegaskan, tuna netra dan masyarkat lainnya pun sama berhak dan bisa belajar Alquran. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement