REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Pemerintah Swiss akan melakukan penyelidikan terhadap hibah pembangunan dari FIFA ke seluruh dunia. Ini sebagai tindak lanjut atas penyelidikan sebelumnya tentang bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 di Rusia dan Piala Dunia 2022 di Qatar.
Para penyelidik akan melihat anggaran tersebut dihabiskan dan memastikan semua dokumen yang ada asli. Hibah pembangunan tersebut biasanya ditujukan untuk asosiasi sepak bola nasional yang diperuntukkan untuk pembangunan lapangan sepak bola baru dan juga berbagai fasilitasnya.
Selain untuk pembangunan biasanya dana hibah itu juga diperuntukkan program pelatihan. Spesialis teknologi informasi dari agen polisi Federal Swiss serta jaksa dan juga ahli keuangan sedang mengumpulkan bukti dari kantor Jaksa Agung Swiss.
Bukti tersebut termasuk rekaman internal berbentuk digital, yang disita dari kantor Presiden Sepp Blatter, Sekjen Jerome Valcke dan Kepala Administrasi dan Keuangan Markus Kattner. Sebuah sumber, yang dilansir NDTV Sport pada Kamis (25/6), mengatakan hampir semua bukti dari kantor Valcke telah disita.
Hingga saat ini Blatter, Valcke dan juga Kattner belum dituduh melakukan pelanggaran oleh pihak yang berwenang. Pada tahun 1999 hingga 2014 FIFA telah menghabiskan anggaran 2 miliar dollar untuk hibah pembangunan dan telah menganggarkan 900 juta dollar untuk tahun 2015-2018.
Anggaran itu ditujukan untuk federasi regional dan asosiasi sepak bola nasional di seluruh dunia. Kabarnya seringkali pulai-pulau kecil dan Karibia mendapatkan anggaran lebih besar daripada negara-negara sepak bola terbesar seperti Jerman dan Inggris.
Itu memicu tuduhan bagi Blatter agar dia mendapat dukungan saat pemilihan presiden. karena sistem pemilihan presiden FIFA setiap negara memiliki satu suara. Sehingga wilayah seperti Kepulauan Cook yang hanya berpopulasi lebih dari 10 ribu jiwa memiliki hak suara yang sama dengan Brasil yang berpenduduk 200 juta jiwa.