REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Zarkani, Widyaisawara BDK Banjarmasin
Hingga saat ini, belum ada sebuah cara yang paling efektif mampu membentuk dan mengembangkan sumber daya aparatur yang profesional, kompeten, kompetitif dan berkarakter kecuali dengan cara Pendidikan dan Pelatihan (diklat). Sumber daya aparatur yang profesional, kompeten, kompetitif dan berkarakter merupakan modal utama sebuah lembaga atau instansi.
Widyaiswara merupakan jabatan profesional dengan Tugas dan Fungsi utamanya mendidik, mengajar dan melatih. Tujuan mulia tersebut dalam rangka membentuk dan mengembangkan sumber daya aparatur, baik pejabat fungsional maupun struktural di sebuah lembaga atau instansi.
Dari realitas di atas posisi widyaiswara memegang peranan yang sangat vital dalam dunia diklat dan merupakan jabatan yang sangat baik, prospektif, dan progresif. Namun setelah diberlakukannya moratorium bagi widyaiswara, maka muncul statemen yang mengatakan menjadi widyaiswara itu sulit, berat, tidak bergengsi, statis (kumpulan orang-orang yang memasuki masa pensiun), rasanya perlu kajian mendalam dan data yang valid untuk membenarkannya.
Untuk menjawab statemen ini, Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai Pembina widyaiswara seluruh Kementerian, harus menjalankan amanah tersebut dengan baik. Jangan sampai ada widyaiswara belum “merasa” dibina oleh LAN. Mengapa sentesa ini muncul? Faktor penyebabnya adalah karena belum optimalnya koordinasi dan singkronisasi antara satu kementerian dengan kementerian yang lain dengan LAN. Kontribusi LAN sangat diharapkan untuk memajukan dan menjamin mutu para widyaiswara.
Selain itu, sudah saatnya Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dalam hal ini Pusdiklat Tenaga Administrasi dan Pusdiklat Tenaga Pendidikan dan Keagamaan lebih memberdayakan dan mengembangkan kompetensi widyaiswara agar Balai Diklat Keagamaan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) mempunyai kapasitas dan kapabilitas serta nilai jual yang tinggi bagi user maupun stakeholder .
Sebagaimana hidup adalah pilihan, maka menjadi widyaiswara adalah pilihan dan setiap pilihan mempunyai konsekuensi. Menjadi widyaiswara..? mengapa tidak!