REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- BMKG Gorontalo menyatakan daerah tersebut masih aman dari pengaruh El Nino, namun tetap mewaspadai adanya fenomena alam tersebut di Indonesia.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Djalaluddin Gorontalo, Indar Adi Waluyo mengatakan dari hasil monitoring yang dilakukan BMKG, daerah yang berpotensi terkena dampak El Nino meliputi Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara, Jawa, Lampung dan Sulawesi Tenggara.
Untuk Provinsi Gorontalo pada bulan Juni 2015, prakiraan intensitas curah hujan berada pada skala tinggi dan menengah, sementara Bali, Jawa dan sekitarnya pada skala rendah. Sementara curah hujan bulan Juli diprediksi intensitasnya menengan dan Agustus 2015 curah hujan mulai rendah di Gorontalo.
Akibat adanya EL Nino tersebut diperkirakan awal musim hujan 2015/2016 di beberapa wilayah mengalami kemunduran. "Hasil monitoring Perkembangan El Nino sampai dengan awal Juni 2015 menunjukan kondisi El Nino Moderate," ujarnya.
Menurut BMKG, El Nino bukan satu-satunya faktor pemicu kekeringan di Indonesia. Terjadi pengurangan pasokan uap air di wilayah Indonesia, namun masih terdapat suplai uap air karena perairan Indonesia masih hangat. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung sampai dengan November 2015 dan berpeluang untuk menguat.
El Nino adalah suatu gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut (sea surface temperature-SST) di samudra Pasifik sekitar equator (equatorial pacific) khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru).
Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung, maka penyimpangan kondisi laut ini menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer yang pada akhirnya berakibat pada terjadinya penyimpangan iklim.