Selasa 30 Jun 2015 03:21 WIB

AS Desak Yunani Segera Atasi Krisis Keuangan

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Indira Rezkisari
 Bendera Estelada atau kelompok separatis Katalonia dan bendera Yunani dikibarkan depan gedung parlemen di Athena (29/6). Masyarakat Yunani terkena dampak krisis yang berkepanjangan mengakibatkan penutupan bank dan antrian panjang di supermarket.
Foto: Reuters
Bendera Estelada atau kelompok separatis Katalonia dan bendera Yunani dikibarkan depan gedung parlemen di Athena (29/6). Masyarakat Yunani terkena dampak krisis yang berkepanjangan mengakibatkan penutupan bank dan antrian panjang di supermarket.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Amerika Serikat mendesak Pemerintah Yunani segera menemukan solusi lebih lanjut terhadap krisis keuangan negara tersebut. Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan AS Jack Lew atas reaksi pasar yang negatif pasca penutupan bank di Yunani.

Lew mengatakan hal itu untuk kebaikan ekonomi Yunani, dimana semua pihak berupaya mencari solusi atas krisis keuangan tersebut.

Ia juga juga berbicara secara terpisah dengan lembaga keuangan dunia IMF, serta pernyataan Presiden Barack Obama saat berbicara dengan Kanselir Jerman Angela Merkel mengenai pentingnya reformasi Yunani dan pertumbuhan keuangan Yunani.

Selain itu, Gary Hufbauer dari Peterson Institute yang berbasis di Washington for International Economics mengatakan AS khawatir atas potensi implikasi yang lebih luas dari krisis keuangan Yunani.

"AS khawatir kekacauan di Yunani bisa menular dan akan menyebabkan keraguan pada Portugal, Spanyol dan Italia dan penyebab masalah, dan akan menyebabkan perpecahan di tekad Eropa sehubungan dengan Rusia atas situasi Ukraina," kata Hufbauer seperti dikutip VOA News, Senin (29/6).

Sementara itu, Kepala Strategi Manajemen Aset Silvescrest Patrick Chovanec mengatakan meskipun AS tidak secara langsung mendapat kerugian atas krisis Yunani, namun perekonomian bisa berimplikasi terhadap ekonomi global yang serius.

"Ini menciptakan ketidakpastian, terutama karena berlangsung dalam cara yang sangat terorganisir. Hal yang terjadi di Yunani mungkin akan membuat pasar tidak menyukai hal tersebut karena ketidakpastian,” kata Chovanec.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement