Selasa 30 Jun 2015 20:00 WIB

Makan Sahur Saat Azan Berkumandang (2-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Indah Wulandari
Makan Sahur (ilustrasi)
Foto: theworldandyouth.wordpress.com
Makan Sahur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pendapat sebelumnya mendapat bantahan dari mazhab kedua yang mengharamkannya. Seperti dituturkan Ustadz Ahmad Sarwat MA, pengasuh Rumah Fiqh Indonesia. Ia menyatakan, banyak yang rancu dalam memahami hadis-hadis tentang bolehnya tetap makan walaupun sudah terdengar azan.

Ia berpendapat, seorang muadzdzin tidak akan mengumandangkan adzan kecuali setelah mengetahui pasti fajar telah terbit. Sebagaimana disebutkan Alquran, batas memulai puasa adalah terbitnya fajar yang ditandai dengan azan subuh. (QS al-Baqarah[2]: 187).

Menurut Ahmad, ada beberapa kemungkinan yang melatarbelakangi hadis-hadis yang membolehkan tersebut. Misalnya, hadis Umar bin Khattab yang bertanya kepada Rasulullah SAW untuk minum, padahal azan masih berkumandang (HR Ibnu Jarir). Bisa saja kondisi Umar bin Khattab tidak dalam keadaan sahur.

Ahmad mengatakan, hadis-hadis tersebut sama sekali tidak menyebut tentang puasa. Yang ada hanya ketika wadah makanan atau minuman ada di tangan, lalu terdengar panggilan shalat. Lalu Umar bertanya, apakah masih boleh minum, lalu Rasulullah SAW membolehkan.