REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten Natuna Kepulauan Riau membiayai keberangkatan 68 orang keluarga korban tragedi pesawat Hercules C-130 ke Medan, Sumatera Utara untuk mempermudah identifikasi korban.
"Untuk sementara, biaya keberangkatan ke Medan ditanggung pemerintah," kata Bupati Natuna Ilyas Sabli di Natuna, Rabu (1/7).
Sebanyak 68 keluarga korban yang berada dalam pesawat nahas itu diterbangkan ke Batam pada Rabu pagi untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Medan. Pemkab Natuna menyewa satu pesawat milik Wings Air untuk membawa seluruh penumpang ke Batam.
Kemudian, dari Batam seluruhnya akan diterbangkan ke Medan menggunakan pesawat komersil reguler. Setelah tiba di Bandara Kuala Namu, maka pihak TNI AU yang akan menjemput korban menuju lokasi kejadian dan posko.
Pemkab Natuna terus akan berkoordinasi dengan TNI AU mengenai penanganan keluarga korban selama di Medan. Namun, bila TNI AU tidak menyiapkan fasilitas untuk keluarga korban, maka Pemkab Natuna akan menanggung seluruh biaya penginapan, makan dan minumnya.
Pemkab Natuna menyertakan Kepala Dinas Perhubungan dan seorang pejabat lainnya untuk mendampingi korban selama di Medan. Terpisah, melalui sambungan telepon, Kepala Biro Penerangan dan Perpustakaan Lanud Ranai Letda (Sus) Iman Sukirman mengatakan seluruh keluarga yang berangkat sudah mewakili korban dari Natuna.
Ia mengatakan Lanud Ranai juga akan terus mendampingi keluarga korban untuk mendapatkan informasi sejelas mungkin. "Sementara ini kami mendapatkan informasi baru 10 orang penumpang dari Ranai yang teridentifikasi. Kami masih menunggu informasi lanjutan," kata dia.
Lanud Ranai sudah membuka posko informasi korban tragedi Hercules di sekitar pangkalan. Di sana, disiapkan papan tulis yang memuat segala informasi terbaru. Pesawat Hercules C-130 jatuh di Medan pada Selasa (30/6) pukul 11.48 WIB dalam penerbangan menuju Tanjungpinang (Kepri).
Rencananya setelah tiba di Tanjungpinang, pesawat melanjutkan penerbangan ke Ranai Natuna dan Pontianak Kalimantan Barat. Pesawat itu mengangkut sekitar 60 orang warga Natuna yang terdiri dari anggota Lanud Ranai, keluarga anggota Lanud Ranai dan beberapa orang mahasiswa Natuna.