REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Batu akik yang kini menjadi primadona banyak orang ternyata memicu penyebaran demam berdarah dengue (DBD). Tapi bukan batu akiknya, melainkan kaleng, panci, atau ember kecil yang dipakai pemiliknya untuk merendam bongkahan batu akik tersebut.
Riset Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balibangkes) Kementerian Kesehatan sedang meneliti daya tahan (resistensi) nyamuk penyebar virus terhadap sejumlah insektisida. Sejak Kamis (2/7), Kepala Balibangkes Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengaku mengumpulkan jentik nyamuk sebagai data dari seluruh provinsi di Indonesia.
Tjandra melanjutkan, dalam satu kunjungan di Padang, Sumatra Barat, tim riset menemukan sejumlah fakta. Pertama, jentik nyamuk penyebar virus demam berdarah dengue (DBD) ditemukan dari 30-50 persen rumah di daerah tersebut. Padahal, tutur Tjandra, normalnya paling banyak 10 persen.
Kedua, jentik nyamuk penyebar penyakit juga ditemukan pada bak mandi yang sudah dikeringkan. Ketiga, jentik nyamuk kebanyakan didapati dari tempat meletakkan gelas di dispenser.
"Tampaknya, air yang turun dari keran dispenser sebagian jatuh ke bawah alas itu. Didiamkan di situ oleh pemiliknya. Dan tumbuhlah jentik nyamuk Aedes penular DBD," kata Tjandra Yoga Aditama, Jumat (3/7).
Fakta selanjutnya, menurut Tjandra, cenderung mengejutkan. Seperti diketahui, kini cukup banyak orang menggemari batu akik. Hanya saja, lanjut Tjandra, banyak pula yang kurang memahami efeknya bagi persebaran jentik nyamuk DBD.
Di sebagian rumah yang tim riset temui, jentik nyamuk DBD terdapat dalam kaleng, panci, atau ember kecil yang dipakai pemiliknya untuk merendam bongkahan batu akik.
"Di sebagian besar rendaman batu akik ini, peneliti kami menemukan jentik nyamuk Aedes Aegypti yang dapat menularkan virus Dengue dan menyebabkan penyakit DBD," tegas Tjandra.
Tjandra mengakui, minat pada batu akik belum diiringi dengan kesadaran menjaga kebersihan. Dia menjelaskan, peminat batu akik agar jangan merendam bongkahan batu dalam air selama berhari-hari. Apalagi, bila air dalam wadah itu tak diganti-ganti.
"Karena jentik nyamuk ternyata ditemukan hidup disana. Jadi, kalau toh akan merendam batu akik (konon agar terlihat uratnya), maka air rendamannya harus diganti setiap hari. Atau dua kali sehari lebih bagus lagi," tutur dia.
"Jangan sampai demam batu akik kemudian malah menjadi penyebab terjadinya demam //beneran// akibat DBD," tutup Tjandra.