REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, secara keseluruhan iklim investasi di Indonesia sangat kondusif. Namun, sejumlah gangguan keamanan masih sering dikeluhkan oleh investor.
"Masalah demo buruh yang dikhawatirkan mengarah ke tindakan anarkis, pemblokiran jalan, premanisme dan aksi sweeping masih sering dipertanyakan oleh investor," kata Franky di Jakarta, Jumat (3/7).
Franky mengatakan, masalah gangguan keamanan ini biasanya muncul ketika ada isu upah minimum regional (UMR). Daerah yang sering dilanda demo buruh yakni DKI Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang karena di wilayah tersebut banyak berdiri kawasan industri dan menjadi tujuan utama para investor dalam melaksanakan kegiatan investasinya.
"Kita menyadari sepenuhnya bahwa untuk menciptakan rasa aman, tenang, dan suasana yang kondusif untuk melakukan investasi dan usaha," ujar Franky.
Franky menjelaskan, salah satu faktor penting dalam penciptaan iklim investasi yang kondusif yakni dengan penanganan dan koordinasi, serta penyelesaian kasus gangguan keamanan. Terutama di kawasan maupun lokasi sekitar kawasan industri yang dampak kerugiannya sangat terasa bagi investor.
Menurut Franky, Jakarta dan sekitarnya masih tetap menjadi tukuan utama para investor, baik domestik maupun asing. Keberhasilan menciptakan suasana keamanan dan ketentraman berinvestasi menjadi salah satu barometer iklim berinvestasi di Indonesia.
Tingginya minat investasi dapat dilihat dari rencana investasi PMA dan PMDN untuk wilayah Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tengerang adalah sebesar Rp. 886,9 triliun atau 18,1 persen dari rencana investasi di Indonesia yang sebesar Rp. 4.219,5 triliun. Sementara realisasi investasi PMA dan PMNDN periode 2010 sampai Mei 2015 di empat wilayah tersebut mencapai Rp. 436,4 triliun.