REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penentuan waktu 1 Syawal di Indonesia selalu menjadi fenomena karena terkadang ada perbedaan penetapan.
Seperti PP Muhammadiyah yang telah memutuskan Idul Fitri 1436 Hijriah pada Jumat (17/7) mendatang. Sedangkan, Nahdatul Ulama (NU) masih menunggu penentuan hilal dengan metode rukyat serta keputusan Kementerian Agama.
"Ya, seperti biasa, disatukan Kementerian Agama, apapun keputusan Menteri Agama bersifat final yang harus kita ikuti," ujar Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Muhaimin Iskandar, Rabu (8/7).
Cak Imin, panggilan akrab dari kader NU ini pun konsisten akan menunggu keputusan dari pemerintah, tanpa perlu memperdebatkan waktu Idul Fitri yang selalu berpotensi berbeda.
Senada dengan Cak Imin, Menpora Imam Nahrawi menyatakan agar Muhammadiyah dan NU bisa mencari kesepakatan dalam penentuan 1 Syawal.
"Saya kira kita harus mencari titik persamaan supaya bisa merayakan momen sakral (Idul Fitri) bersama," kata Imam.
Selain itu ia memang menerima jika Muhammadiyah memiliki pandangan tersendiri. Tapi, ia berharap agar pemerintah bisa memfasilitasi agar kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut bisa menemui kata sepakat.
"Bukan sesuatu yang tabu untuk membicarakan ijtihad untuk membawa hal positif selagi kita tidak sensitif dengan keyakinan," terangnya.
Oleh karena itu, ia meminta peran pemerintah supaya bisa membantu kedua organisasi islam itu sepakat dalam penentuan 1 Syawal. Kesepakatan kedua organisasi tersebut diharapkan bisa membuat masyarakat tidak bingung sekaligus menghindari perbedaan yang bisa saja menimbulkan dampak negatif.
"Menurut saya, pemerintah harus cari solusi biar nanti masyarakat mengikuti," tuturnya.