REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Mayoritas warga di pedesaan Kabupaten Purwakarta, berobat dengan kepesertaan jaminan Purwakarta istimewa (Jampis). Program yang digulirkan pemkab ini, bisa menyaingi program nasional BPJS. Apalagi, bagi masyarakat pedesaan program BPJS sulit terjangkau dan ribet.
Kamilah, Kepala Puskesmas Tegalwaru, mengatakan, mayoritas masyarakat Tegalwaru berobat dengan program Jampis yang dikeluarkan pemkab. Sebab, program BPJS tidak menjangkau seluruh masyarakat di wilayah terpencil ini. Apalagi, masyarakat yang memiliki BPJS ini, yang tadinya terdaftar jadi peserta Jamkesmas.
"Masyarakat kami, bukan pekerja di perusahaan atau pemerintahan. Makanya, banyak yang tak terjangkau BPJS," ujar Kamilah, kepada Republika, Kamis (9/7).
Apalagi, BPJS itu harus ada iuran kepesertaan setiap bulannya. Sedangkan, mayoritas masyarakat Tegalwaru mata pencahariannya petani dan buruh pembuat kenteng serta keramik. Sehingga, mereka tidak bisa terlayani BPJS.
Di Puskesmas Tegalwaru, lanjutnya, rata-rata kunjungan pasien setiap harinya, didominasi oleh pasien Jampis. Yakni, dari rata-rata 80 pasien setiap hari, peserta Jampisnya mencapai 50 persen. Peserta BPJS hanya 30 persen. Sisanya pasien umum.
Tetapi, lanjut Kamilah, meskipun masyarakat tidak ter-cover BPJS, mereka tetap bisa berobat dengan gratis. Yaitu, melalui program Jampis tersebut. Bahkan, persyaratan Jampis tidak seribet BPJS. Cukup dengan menyertakan KTP dan KK, mereka yang asli Purwakarta bisa berobat gratis.
"Warga pasien Jampis, juga bisa dirujuk ke rumah sakit besar yang telah kerja sama dengan pemkab," jelasnya.
Kasi Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta Sri Aryani mengaku, pihaknya belum melakukan penelitian mengenai ketertarikan masyarakat terhadap program kesehatan BPJS atau Jampis. Namun, yang jelas masyarakat sudah mulai paham mengenai pentingnya BPJS. Tetapi, mereka sering ada masalah yaitu mengenai pembayaran iurannya.
"Kalau Jampis, itu kan tidak ada iuran. Makanya, masyarakat pedesaan banyak yang menyukai program ini," ujarnya.
Kondisi berbeda justru terjadi di RSUD Bayu Asih. Rumah sakit pemerintah ini, selalu kebanjiran pasien BPJS setiap harinya. Bahkan, prosentase pasien BPJS menduduki peringkat atas yang berobat ke rumah sakit ini.
Dirut RSUD Bayu Asih Agung Darwis, mengatakan, rata-rata warga yang berobat ke Bayu Asih mencapai 750 pasien setiap harinya. Dari jumlah pasien itu, 71 persennya merupakan peserta BPJS. Sisanya merupakan pasien peserta Jampis. "Kebanyakan pasien yang berobat ke RSUD, yaitu pekerja pabrik dan instansi pemerintahan yang ter-cover BPJS," ujarnya.