Rabu 15 Jul 2015 06:42 WIB

Pertahankan Suku Bunga, Ini Pertimbangan BI

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom UOB Ho Woei Chen, mengatakan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 7,50 persen pada Rapat Dewan Gubernur, Selasa (14/7), sejalan dengan konsensus dan harapan IHS. Demikian pula, tingkat deposit facility overnight (FASBI) stabil di 5,50 persen.

Menurutnya, kondisi stabil pasar global dan batas inflasi domestik yang tinggi menjadi pertimbangan kebijakan BI dalam jangka pendek. "Dengan adanya perlambatan pertumbuhan, BI memiliki sedikit ruang untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut dalam jangka pendek sampai inflasi menurun dalam kuartal IV-2015," jelasnya dalam siaran pers, Selasa petang.

Dia memperkirakan, masih ada risiko BI rate dipangkas di kisaran 25-50 bps pada kuartal keempat. Sebab, dia melihat pelemahan rupiah yang berkelanjutan akan menjadi pertimbangan BI.

Inflasi naik ke level tertinggi tahun ini pada 7,26 persen (yoy) di bulan Juni, naik dari 7,15 persen (yoy) di bulan Mei. IHS melihat inflasi kemungkinan akan tetap kuat dalam bulan-bulan mendatang. Namun, tidak mengharapkan risiko terbalik yang signifikan dari hal itu. Sebaliknya, kita berharap adanya moderasi tajam dalam indeks harga konsumen pada bulan November dan Desember karena efek dasar yang tinggi.

Ho Woei Chen menambahkan, outlook pertumbuhan tetap lemah. Ekspor Indonesia mengalami kontraksi selama delapan bulan berturut-turut sampai Mei. Pada bulan April-Mei, ekspor turun 11,8 persen (yoy), mirip dengan laju kontraksi di kuartal I-2015.

Dengan pelemahan ekspor dan moderasi, diharapkan konsumsi swasta tumbuh dari penjualan kendaraan bermotor. BI memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB di kuartal II-2015 akan mirip dengan 4,7 persen pada kuartal sebelumnya yang laju pertumbuhan paling lambat sejak 2009.

Prospek pertumbuhan diperkirakan meningkat dari kuartal ketiga dengan peningkatan yang diharapkan dari belanja infrastruktur. "Proyeksi pertumbuhan sepanjang tahun 2015 kami sebesar 5,0 persen, di batas bawah dari 5,0-5,4 persen kisaran perkiraan BI," imbuhnya.

Di sisi lain, defisit transaksi berjalan (CAD) diperkirakan akan terus menyempit di balik perlambatan impor. Mencerminkan penuruanan defisit migas. CAD Indonesia saat ini meningkat menjadi 1,8 persen terhadap PDB pada kuartal I-2015 dan diharapkan pada kuartal II-2015 menjadi 2,5 persen dibandingkan dengan 3,9 persen di kuartal II-2014.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement