Kamis 23 Jul 2015 23:16 WIB

Jokowi-Obama akan Bertemu pada Akhir 2015

Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Foto: Reuters
Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya Joaquin Monserrate mengharapkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden AS Barack Obama bertemu pada akhir 2015.

"Orang Indonesia yang menetap di Amerika itu tidak sampai 1 persen, tapi Filipina ada 2 juta dan Vietnam ada 1 juta, karena itu Indonesia harus diperkenalkan terus," katanya di Surabaya, Kamis (23/7).

Didampingi Kepala Humas Konjen AS di Surabaya, Carolina Escalera, diplomat yang akan mengakhiri masa tugas pada 29 Juli 2015 itu mengemukakan hal itu di sela Halalbihalal di Surabaya. "Kalau Presiden Jokowi bertemu Presiden Obama pada akhir tahun ini, maka Indonesia akan bisa lebih dikenalkan lagi, bahkan kalau perlu Presiden Jokowi mendatangi kota-kota kecil," kata konsul jenderal yang akan digantikan Heather Variava itu.

Diplomat yang akrab disapa Pak Wakin itu menjelaskan dirinya selama bertugas sejak September 2012 hingga Juli 2015 pun menyempatkan diri blusukan ke kampung-kampung kecil di Jawa Timur, NTT, Makassar, Manado, Maluku, dan sebagainya. "Saya juga senang diajak makan malam oleh Pak Soekarwo (Gubernur Jatim Soekarwo) dan Bu Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini), bahkan saya juga pernah nonton bareng Piala Dunia di Kampung Wedoro, Sidoarjo, Jawa Timur," katanya.

Menurut diplomat yang pernah menjadi Wakil Konsul Jenderal AS di Surabaya (2000-2002) itu, orang Indonesia itu sangat terbuka, ramah, baik hati, dan mudah menerima orang lain, meski orang asing sepertinya. "Tidak hanya itu, Islam di Indonesia itu beda dengan di Timur Tengah, karena Islam di sini sangat menghormati agama minoritas," kata diplomat yang suka dengan kuliner khas Jatim, yakni martabak, terang bulan, rawon, dan kupang lontong itu.

Karenanya, Indonesia saat ini bukan lagi negara yang hanya bisa menerima bantuan dari negara lain untuk berkembang. Melainkan Indonesia sudah bisa memberi bantuan kepada negara lain di kawasan ASEAN, seperti Vietnam, Myanmar, Kamboja, dan sebagainya.

"Indonesia bisa mengajari mereka tentang demokrasi yang bisa bertemu dengan agama, tentang bagaimana menghormati kelompok minoritas, tentang bagaimana menghormati hak anak dan perempuan, dan tentang lainnya. Nanti, kita (Indonesia-AS) bisa bekerja sama untuk itu," katanya.

Pak Wakin mengaku ia dan istri sangat senang bertugas di Indonesia. "Kalau saya ungkapkan dengan kata adalah sayang sekali. Sayang sekali, saya harus mengakhiri tugas di sini. Saya senang menjadi saksi atas perkembangan yang bagus," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement