Kamis 30 Jul 2015 10:18 WIB
Muktamar NU

'Semua Ingin Bergabung ke NU'

 Wakil Ketua PBNU Asad Said Ali (tengah) menyampaikan keterangan pers terkait pandangan PBNU tentang RUU Ormas di gedung PBNU, Jakarta, Kamis (4/4).  (Republika/ Agung Supriyanto)
Wakil Ketua PBNU Asad Said Ali (tengah) menyampaikan keterangan pers terkait pandangan PBNU tentang RUU Ormas di gedung PBNU, Jakarta, Kamis (4/4). (Republika/ Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Citra Nahdlatul Ulama yang lekat dengan kaum sarungan, nampaknya segera diakselerasi dengan bergabungnya berbagai kalangan ke dalam organisasi yang didirikan oleh Hadratusyeikh KH Hasyim Asy’ary ini.

“Kita sekarang punya kekuatan baru, yakni kalangan pebisnis, birokrat, akademisi, politisi dan kaum profesional. Semua ingin bergabung menguatkan NU, tapi tidak tahu jalannya. Ini perlu kita pikirkan, kalau tidak kader kita ini akan diambil orang lain,” kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) As’ad Said Ali, Kamis (30/7) menjelang keberangkatannya ke Muktamar NU ke-33 di  Jombang, Jawa Timur.

Menurut As’ad, menjelang 100 tahun NU dihadapkan dengan beberapa perkembangan. Antara lain, warga NU sudah tersebar tidak hanya terkonsentrasi di desa tetapi juga di kota-kota besar di Indonesia.

Selain itu, generasi NU sudah tidak didominasi oleh para ahli agama Islam. Mantan Wakil Ketua Badan Intelijen Negara ini pun menyimpulkan, NU dianggap paling cocok untuk mengatasi berbagai persoalan keagamaan yang berkembang.

“Tahun 2014 lalu bahkan warga Muslim di Afghanistan mendeklarasikan berdirinya organisasi NU Afganistan atau NUA dengan format yang mirip dengan NU  yang ada di

Indonesia,tegasnya.

Menurut As’ad, NU akan tetap menjadi ormas Islam yang besar, bersih dan berwibawa, serta rahmatan lil alamin. Meski demikian, penataan dan konsolidasi organisasi perlu terus dilakukan di lingkungan internal NU, diakuinya, menghadapi berbagai tantangan dan perubahan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement