Jumat 31 Jul 2015 13:02 WIB
Muktamar NU

'Dengan Metode Apa Pun, Pemimpin NU Sudah Ada Ketentuan dari Langit'

Masdar Farid Maduki
Foto: edwin dwi putranto
Masdar Farid Maduki

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Metode ahlul hallil wal aqdi (Ahwa) atau musyawarah oleh para ulama terpilih menjadi tarik ulur jelang proses pemilihan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam Muktamar ke-33 NU di Jombang pada 1-5 Agustus 2015.

Website nu.or.id melansir pandangan dari Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi terhadap perubahan sistem pemilihan pemimpin NU tersebut.

“Kita merupakan organisasi keagamaan dan keulamaan, maka harus betul-betul mencerminkan keluhuran akhlak, komitmen pada agama, excellent, kalau kita partai politik, atau organisasi keagamaan biasa, kita nggak terlalu risau,” urai Masdar beberapa waktu lalu.

Dengan kata lain, ia meyakini bahwa Ahwa merupakan sistem yang tepat untuk mencerminkan NU sebagai organisasi keulamaan dengan tuntutan moralnya yang tinggi.

Ia pun menepis anggapan bahwa sistem tersebut untuk mengondisikan kemenangan pihak-pihak tertentu dalam struktur organisasi PBNU.

“Jadi dengan metode dan cara apapun, saya pengikut jabariyah dalam hal ini, sudah ada ketentuan disana (langit). Kita boleh memiliki preferensi, tetapi tidak determinan. Tu'til mulka man tasya'u watudzillu man tasya'u (Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki,” tegas Masdar mengutip Surah Ali 'Imron ayat 26.

Meski begitu, Masdar mengakui bahwa sebaga organisasi massa, NU berbasis keumatan. Namun,  terkait keulamaan, NU belum punya parameter secara administatif. Sehingga secara dalil normatifnya, warasatul ambiya, siapa orang yang memenuhi kriteria tertentu.

Apalagi, ujarnya, sosok ulama termasuk kategori kultural. Sementara secara organisasi, harus ada standar yang jelas, mulai dari pendidikan minimum, keilmuan dan pengaruh.

“Saya kira kalau mau dimasukkan kriteria ini bagus agar tidak sembarang orang masuk sebagai pengurus. Harus ada standar keilmuannya, kewara’-an, akhlak, pengaruh, Yang ada dalam kitab kan abstrak semua. Karena itu, siapa yang ditakdirkan terpilih,kita nggak bisa campur tangan, yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki prosesnya,” tegas salah satu kandidat Ahwa ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement