REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Muhammadiyah berupaya memperkuat gerakan amar makruf nahi munkar dalam balutan dakwah pencerahan. Dengan semangat itu, Muhammadiyah akan berusaha menjaga hubungan proporsional dengan pemerintah.
"Muhammadiyah tidak akan segan-segan mengkritik pemerintah jika ada kebijakan negara yang menyimpang dari konstitusi," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam sambutan pembukaan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Lapangan Karebosi Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (1/8).
Din mengatakan, Muhammadiyah akan tetap tegas menyuarakan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kemaslahatan umat. Sebaliknya, Din menyampaikan, Muhammadiyah akan mendukung penuh program maupun kebijakan pemerintah yang pro terhadap rakyat. "Muhammadiyah berada di garda terdepan mendukung program pemerintah yang pro rakyat," ujarnya.
Hal itu, kata Din merupakan bagian dari dakwah pencerahan menuju Indonesia yang berkemajuan. Muhammadiyah ingin mengukuhkan sikap dan komitmennya pada Indonesia.
Ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut menyatakan, Muhammadiyah ingin membantu bangsa ini mencapai cita-cita nasional yaitu negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Dalam tafsir kontekstual, ujar Din, Muhammadiyah ingin berkontribusi mewujudkan Indonesia yang maju, berdaulat, adil, dan bermartabat.
Indonesia yang maju, terang Din, artinya mampu memainkan peran global. Indonesia memiliki modal penting berupa kekayaan penduduk dan sumber daya alam. "Indonesia harus mampu menjadi pemain kunci," kata Din.
Untuk mewujudkan hal itu, Din menyadari tidak bisa dicapai melalui elemen individu. Din lantas mengajak seluruh elemen bangsa bersatu padu mewujudkan Indonesia berkemajuan.
Terkait visi Islam berkemajuan, Din mengakui Islam sejatinya tidak bisa direduksi dengan predikat tertentu. Akan tetapi, jelasnya, Muhammadiyah berpandangan dengan visi Islam berkemajuan bisa membangkitkan umat menuju kemajuan. "Tidak hanya besar dalam bilangan tapi juga kualitas."
Visi tersebut, menurut Din, tidak terkait dimensi ruang dan waktu melainkan lebih pada dimensi gerak. Muhammadiyah berupaya menggerakkan umat dan bangsa menjadi lebih baik. "Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Hari mendatang harus lebih baik dari sekarang," kata Din.
Oleh karena itu, Muhammadiyah menilai perlu ikut terlibat dalam elemen bangsa lain. Muhammadiyah pun memandang pemerintah sebagai mitra strategis dalam mencapai cita-cita. Melalui dakwah pencerahan, kata Din, Muhammadiyah telah membantu memberikan layanan sosial, kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi.
Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar dihadiri oleh sekitar enam ribu peserta baik anggota Muhammadiyah dan Aisyiyah. Selain itu, panitia juga memprediksi terdapat 300 ribu penggembira yang meramaikan muktamar.
Meski terik matahari di Kota Angin Mammiri itu begitu terasa, muktamirin dan penggembira terlihat begitu antusias menyaksikan prosesi pembukaan. Hadirin pun dihibur dengan penampilan marching band dan tari tradisional dari institusi pendidikan Muhammadiyah seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Selain itu, dendang lagu muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah turut meramaikan. Lirik lagu muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah dikarang oleh ketua umum masing-masing yaitu Din Syamsuddin dan Siti Noordjannah Djohantini. Aransemen lagu keduanya dibuat oleh komposer Dwiki Darmawan.
Din mengingatkan, muktamar adalah ajang silaturahim masyarakat dari berbagai latar belakang namun memiliki satu kesamaan yaitu berjuang melalui muhammadiyah untuk mencari ridha Allah. Ia meminta kepada muktamirin untuk menjadikan muktamar lancar, berkualitas, elegan, dan bermartabat.
"Mari bermusyawarah dengan penuh tenggang rasa, saling tukar pandangan dan pengalaman. Semoga (muktamar) bisa menjadi ukhuwah teladan tidak hanya Indonesia tapi juga dunia," kata Din. n Ahmad Fikri Noor Powered by Telkomsel BlackBerry®