REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Peneliti tempe yang juga Guru Besar IPB Prof Made Astawan MS mengatakan diajukannya tempe sebagai warisan dunia "Intangible Cultural Heritage of Humanity" ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) karena potensi tempe dalam mendorong ekonomi kerakyatan.
"Saat ini saja tempe sudah mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan. Dengan dijadikannya tempe sebagai warisan budaya Indonesia, tentu ini akan lebih mendorong peningkatan status tempe, seperti halnya batik. Masyarakat mulai sadar, dan menyukai konsumsi tempe," kata Made kepada wartawan dalam acara press conference rencana pengajuan tempe sebagai "Intangible Cultural Heritage of Humanity" ke UNESCO di Bogor, Selasa (4/8).
Made mengatakan, dewasa ini potensi pasar tempe tidak hanya skala domestik tetapi sudah merambah pasar internasional. Terlebih lagi dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan memperbesar pasar tempe dari 250 juta orang menjadi 625 juta orang.
Tidak hanya itu, lanjut dia, tempe saat ini sudah dikenal di 20 negara di dunia, selain karena nilai gizi dan khasiatnya untuk kesehatan, juga sudah menjadi gaya hidup masyarakat vegetarian. "Total ada 500 juta vegetarian di dunia, ini terdapat di India sekitar 350 juta, USA 20 juta dan Eropa 20 juta orang," katanya.
Made menyebutkan, penilaian orang terhadap tempe sebagai pangan inferior merupakan cerita lama, karena tempe memiliki nilai gizi dan potensi yang baik untuk kesehatan masyarakat.