REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko dan mantan Kepala Badan Intelijen Negara Letjen Purn Marciano Norman disebut-sebut layak untuk menggantikan posisi Tedjo Edhy Purdijatno sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan jika memang kena reshuffle.
"Keduanya berlatar belakang dari Angkatan Darat (AD). Bila melihat dari ancaman 'people power', maka sudah tepat dua nama tersebut," kata Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) Muhammad Dahrin La Ode kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (4/8).
Menurut dia, bila sekiranya Menteri Tedjo memang direshuffle atas pertimbangan Presiden Jokowi-JK, tentu penggantinya harus merujuk pada ancaman Jokowi sekarang ini, yakni people power. "People power ini kan semua berasal dari darat tidak ada masyarakat dari laut dan udara," katanya.
Oleh karena itu, diperlukan militer yang memiliki kemampuan teritorial tinggi, yakni angkatan darat (AD), bukan angkatan laut (AL) dan angkatan udara (AU). Meskipun AU dan AL mengerti, tapi tidak bisa mendarah daging seperti angkatan darat.
Ia menilai dua jenderal itu memiliki kemampuan politik yang tinggi, punya kemampuan ideologi politik, dan memiliki kemampuan kerja yang cepat untuk hubungan politik luar negeri dan politik dalam negeri berkualitas tinggi.
Dengan demikian, kata Dahrin, maka analisa politik integrasi nasional dan analisa ideologi politik itu dapat dipenuhi oleh kedua tokoh mantan militer itu (Moeldoko dan Marciano). Karena keduanya masih segar bugar dari sisi fisik, sehat.
"Memilih satu diantara dua nama itu bisa tutup mata saja, tidak ada yang salah bagi presiden dan wakil presiden. Tapi kalau presiden mau ganti diluar dua nama itu (Moeldoko dan Marciano), lebih bagus mempertahankan Tedjo," jelas dia.
Di samping itu, lanjut Dahrin, sangat relevan juga mengingat Kepala BIN saat ini adalah Letjen (Purn) Sutiyoso yang merupakan dari angkatan darat, kalau memang Menteri Tedjo ingin digantikan oleh dua nama (Moeldoko atau Marciano).
"Presiden sangat baik dan presiden bisa happy ending. Tapi saya juga nilai Pak Tedjo 75 sampai 85 kinerjanya, sangat tinggi bukan berarti harus diganti, tidak mendesak juga untuk diganti," ucapnya.