REPUBLIKA.CO.ID, YANGOON -- Para pekerja kemanusiaan berusaha untuk menjangkau daerah-daerah di Myanmar yang dilanda banjir. Bencana tersebut telah menawaskan 69 orang, mengontaminasi sumber air, memutus aliran listrik, saluran telepon, jalan dan sungai.
Departemen Sosial, Bantuan dan Pemukiman mengatakan, lebih dari 250 ribu orang terkena dampak banjir karena hujan lebat sejak pekan lalu. Negara bagian Rakhine menjadi salah satu negara terdampak yang terparah.
Seorang pekerja di Plan International di Myanmar, Blaire Davis mengatakan, hujan telah berhenti sehingga bisa dilalui perahu dan secara bertahap jalan mulai dibersihkan.
Rekan-rekannya meninggalkan ibu kota Rakhine, Sittwe dengan perahu pada Selasa (4/8) sore dan tiba di kota Minbya 12 jam kemudian. Sebuah perjalanan yang biasanya hanya memakan waktu tiga jam dengan perahu atau jalan darat.
"Apa yang tim saya lihat dan dengar, sangat sulit untuk bergerak dan mendapatkan informasi yang mereka butuhkan untuk bergerak maju," kata Davis.
Mereka pun bertemu dengan pejabat pemerintah dan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak. Pemerintah merespon dengan cepat dengan helikopter yang keluar masuk di bandara Sittwe.
"Mereka (pemerintah) responden pertama, kami mengisi celah dimana mereka meminta bantuan," tambahnya.
Menurut Medecins Sans Frontieres (MSF) yang melakukan beberapa program kesehatan di Rakhine, kota-kota terdampak paling buruk adalah Minbya, Mrauk U, Kyauktaw dan Buthidaung. Lebih dari 4.000 pengungsi di Minbya berlindung di 23 biara.
"Seluruh kota Minbya dilanda banjir, sekolah, rumah sakit, semuanya," kata seorang dokter di MSF, Zayar.
Ia juga menegaskan semua sumber air minum tercemar karena banjir. LSM, tokoh masyarakat dan pihak berwenang telah mengirim air, tablet pemurnian air, selimut, kelambbu dan sabun untuk para pengungsi.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) juga meyediakan bantuan darurat di Myanmar, termasuk Bagi, Chin, Magway, Mon, Rakhine dan Sagaing.
"Ketahanan pangan akan berdampak serius. Ribuan orang kehilangan rumah, mata pencaharian, tanaman, makanan dan benih yang ada," kata direktur negara WFP, Dom Scalpelli dalam sebuah pernyataan.