REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) menilai, tanpa semangat kebangkitan dan pengabdian yang dilakukan perempuan Aisyiyah, Indonesia tidak akan berkembang seperti saat ini.
JK menyampaika penghargaannya terhadap Aisyiyah untuk pengabdiannya yang memasuki umur satu abad. Menurutnya, melalui semangat Asiyiyah bangsa ini bisa menjadi bangsa berkemajuan.
Bahkan, sebelum Indonesia mendapatkan kemerdekaannya, Aisyiyah telah mengabdi dan memberikan ilmu dan tenaga dalam membangun perempuan Indonesia.
"Tanpa kebangkitan ibu-ibu, bangsa ini mungkin tidak bisa berkembang," ujar JK, Jumat (7/8).
Meski demikian, JK menilai menilai masih banyak hal yang harus ditingkatkan dalam memasuki Abad Kedua Aisyiyah. peningkatan pendidikan perempuan merupakan hal yang penting, karena perempuan atau ibu adalah orang yang mendidik anak-anak dan mengarahkan keluarga.
Kedekatan antar anggota keluarga yang diilhami dari seorang ibu merupakan kekuatan tersendiri dalam pembangunan bangsa. "Kekuatan tersebut akan menjadi semakin baik saat ekonomi dan pendidikan berjalan seiring," katanya.
Menurut dia, saat ini terjadi pergeseran di bidang pendidikan. banyaknya lembaga pendidikan tidak sebanding dengan mutu yang dihasilkan.
Untuk itu JK berharap Aisyiyah dan lembaga pendidikan lainnya tidak hanya mengutamakan jumlah lembaga pendidikan yang berdiri, tetapi meningkatkan kualitas pendidikan dari lembaga tersebut.
"Dengan memajukan pendidikan dan kesehatannya, maka peluang untuk mencerahkan bangsa semakin terbuka lebar," ujarnya lagi.
Peran perempuan di keluarga dan publik, juga lambat laun semakin mengalami pergeseran dengan kehidupan manusia yang selalu dinamis dan berkembang.
Ia mencontohkan, ibundanya dulu memiliki 10 orang anak tanpa pembantu, sehingga semua pekerjaan rumah dilakukan sendiri. Hal itu sangat berbeda dengan kehidupan saat ini, tidak jarang ditemui dalam rumah tangga dengan 2 orang anak, pembantunya juga 2 orang.
Meski terjadi pergeseran dan banyak peralatan yang memudahkan tugas ibu, JK mengingatkan peranan perempuan di masa kini tetap harus seimbang.
Pergeseran juga terjadi pada kondisi dan aturan politik. Saat ini perempuan diberikan kesempatan lebih, dimana perempuan diberikan kuota sejumlah 30 persen dari total calon anggota legislatif, sehingga kedepannya diharapkan perempuan bisa turut membangun dan berperan dalam pengambilan kebijakan.