REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Umat (Komat) untuk Tolikara mengungkapkan mayoritas pelaku pembubaran shalat Id dan pembakaran Masjid berasal dari luar wilayah Tolikara. Selain itu, Komat menyebut aktor intelektual yang menjadi bibit peristiwa harus segera diadili.
"Jika tidak maka akan menimbulkan kasus intoleransi serupa di kemudian hari," kata Ketua Komat untuk Tolikara, Ustaz Bachtiar Nasir saat dihubungi ROL, Ahad (8/9).
Menurutnya, para pelaku mayoritas datang dari luar daerah kabupaten Tolikara. Kondisi itu menunjukan adanya aktor intelektual, bukan hanya sekadar dua orang operator lapangan.
"Inilah sebetulnya yang menjadi tanggung jawab aparat negara untuk menangap mengadili di publik secara terbuka," ujarnya.
Ketua MIUMI itu juga mengungkapkan, jika aktor intelektual tak terungkap, maka kasus intoleransi akan sangat mungkin terjadi di kemudian hari.
"Mengundang kasus serupa untuk kembali terjadi," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, Komat untuk Tolikara menyebut ada aktor intelektual di dalam kasus pembubaran shalat Id dan pembakaran masjid di Tolikara. Kepolisian dituntut tidak lamban menangani dan menindaklanjuti kasus tersebut.