REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang kuartal II 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia turun tipis menjadi 4,67 persen dari kuartal I 2015 sebesar 4,7 pesen. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, penurunan ini masih wajar dibandingkan negara lain.
Jokowi optimistis mengingat penurunan ekonomi negara lain turun satu hingga 1,5 persen. "Kita turun 0 koma saja ramai. Nanti lihat semester dua, belanja kita memang baru terserap kecil. Sampai Juni belanja modal baru 12 persen, kan kecil banget, tapi ini yang 88 persen semester kedua," ujar Jokowi saat membuka acara Hari Ulang Tahun (HUT) Pasar Modal Indonesia ke-38, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (10/8).
Pemerintah tiap hari melakukan rapat khusus membahas penyerapan anggaran. Ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi global saat ini. "Kami tiap hari yang dirapatin serapan saja, belum lagi Rp 130 triliun baru dimulai semester dua ini, jadi kalau ada perlambatan 0,3 persen ya karena ada perlambatan ekonomi dunia, di internal kita kecepatannya terus ingin kita dorong bukan karena lain-lain," ucapnya.
Jokowi mengaku selalu menanyakan setiap menteri soal progres penyerapan anggaran. "Saya tanya satu-satu, saya tanya langsung ke menterinya, 93 persen (penyerapan anggaran) yang ngomong menteri loh ini, saya meneruskan, menekankan lagi," kata Jokowi."
Menurut presiden, di bulan Oktober-November nanti, belanja negara akan meroket. Dia menegaskan, yang meroket itu bukan pertumbuhan ekonominya, tapi belanjanya. "Kita harus yakin itu. Saya ngomong masa tidak percaya," jelas Jokowi.