REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melemahnya pasar tak lepas dari aura efek Presiden Joko Widodo yang sudah mulai berkurang. Kira-kira begitulah tanggapan sebagian besar pelaku pasar yang hadir di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memeriahkan hari diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia.
Setiap kata yang diucapkan Jokowi menjadi perhatian para pelaku pasar sembari menunggu inovasi yang dapat diberikan untuk dapat menggairahkan bursa saham. "Tidak jarang pula yang berharap kunjungan Presiden kali ini dapat memberikan angin segar yang berujung pada menghijaunya IHSG," ucap research analyst PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam siaran persnya, Senin (10/8).
Namun, tampaknya hal itu belum dapat terlaksana. Bahkan, keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat di atas 5 persen yang disampaikan Jokowi tampaknya kurang mampu menahan adanya aksi jual. Berita negatif dari masih suramnya industri batubara dan mundurnya realisasi percepatan lelang proyek lebih direspon dan memberikan sentimen negatif.
"Ekspektasi kami akan terjadinya pelemahan terwujud dengan masih maraknya aksi jual," ucapnya.
Pelemahan masih mungkin jika pelaku pasar terus melakukan aksi jual dan sentimen yang ada terutama dari kondisi makroekonomi belum menunjukkan kondisi kondusif. Pelaku pasar diminta mewaspadai sentimen yang akan muncul. Meski laju rupiah menguat, namun asing masih tetap melepas sahamnya. Transaksi asing kembali nett sell, dari net sell Rp 259,79 miliar miliar menjadi net sell Rp 114,38 miliar.