REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Salah satu tokoh militer paling senior di Australia menilai, bergabungnya negara ini dalam serangan udara ke Suriah tak akan berpengaruh besar.
Pekan lalu, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan Australia diminta untuk bergabung dengan serangan udara Amerika Serikat terhadap kelompok ISIS di Suriah.
Pernyataan itu muncul setelah salah satu anggota Parlemen, Dan Tehan mengatakan Australia harus terlibat karena skala krisis kemanusiaan di Suriah dan demi keamanan dalam negeri. Tapi Kepala Operasi Pertahanan David Johnston mengecilkan efek keterlibatan Australia di Suriah.
"Kontribusi Australia, walau selalu disambut, tak akan memberi pengaruh yang besar, sebagian peluangnya 50-50. Apakah kami beroperasi di Irak atau Suriah, kapasitasnya sama,” ujar Wakil Laksamana David Johnston.
Ia juga mengatakan, pemboman Suriah akan meningkatkan tingkat risiko yang terlibat dalam misi Australia.
"Saya tak meremehkan kompleksitas operasi kami yang baru dimulai di Suriah, itu adalah lingkungan yang secara signifikan lebih sulit," sebutnya.
Laksamana David membuat pernyataan ini saat memberikan keterangan publik tentang operasi militer Australia di luar negeri. Ia mengungkapkan, pesawat pasukan koalisi telah menewaskan seorang tokoh senior ISIS di Anbar, Irak pada Juni.
"Pesawat hornet baru-baru ini melakukan serangan terhadap sejumlah pejuang ISIS, termasuk seorang pemimpin kunci ISIS di Anbar," katanya.
Ia menerangkan, "Pemimpin ini mengendalikan operasi Daesh di wilayah Irak barat dan mengarahkan rencana serta eksekusi serangan yang dilakukan pasukan Daesh. Ia mengkoordinasikan fasilitasi pejuang dan persediaan dengan menggunakan penyeberangan sungai yang dikendalikan ISIS.”
"Pembunuhan itu adalah penembakan sukses atas individu ini, telah menyebabkan gangguan dan degradasi signifikan pada operasi ofensif ISIS dan juga menguntungkan kekuatan koalisi serta pasukan Irak di provinsi Anbar," ujar Wakil Laksamana David.
Secara keseluruhan ia menyebut kelompok ISIS berjuang untuk bertahan dan mendapatkan kembali wilayah kekuasaannya dengan sejumlah anggota yang kurang berpengalaman yang kini menduduki tampuk kepemimpinan.