REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai bentrok yang terjadi antara dua aparat keamanan TNI dan Polri disebabkan oleh kesalahpahaman dan rasa emosi. Ia pun membantah bentrok disebabkan lantaran adanya kesenjangan sosial.
"Ya mau sejahtera apapun kalau saling terus emosi, ya berapa pun gaji akan kelahi juga. Memangnya di Amerika tidak ada perkelahian walaupun gajinya tinggi. Jadi bukan soal gaji saja. Bukan soal kesejahteraan saja tapi soal emosi," kata Kalla di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (31/8).
Lebih lanjut, ia pun menyerahkan kepada masing-masing pimpinan untuk menyelidiki kasus tersebut. "Masing-masing komandan menyelidiknya ada apa. Tapi saya kira hari ini udah agak damai lah," tambah dia.
JK mengatakan bentrok antar dua aparat penegak hukum ini sering terjadi di berbagai daerah. Namun, ia menilai bentrok lebih banyak disebabkan oleh kesalahpahaman.
Sebelumnya, tim gabungan dari Mabes Polri, Polda Sulselbar dan Polres Polewali Mandar (Polman) melakukan investigasi terkait bentrokan tersebut. Investigasi ini juga diawasi POM TNI AD.
Dalam bentrokan tersebut dilaporkan satu anggota TNI tewas yaitu Prada IL. Sementara korban luka dari anggota Polri yaitu Bripda AD dan AS dirawat di klinik Polres Polman. Keduanya mengalami luka di kepala dan mulut.
Sebelumnya, bentrokan berawal saat anggota polisi melakukan pengamanan motocross. Kesalahpahaman diduga terjadi saat polisi menegur anggota Batalyon 721. Keributan pun terjadi.
Keributan tersebut berhasil dilerai oleh Kapolres Polman Agoeng Adi Koerniawan yang disaksikan Pasi Ops Kodim 1402/ Polmas Kapten Inf Martani. Kedua belah pihak pun saling memaafkan.
Sekitar pukul 15.15 WITA terjadi penembakan terhadap Prada Yuliadi yang merupakan anggota Yonif 721/ Makassar. Peristiwa tersebut terjadi di Sirkuit Permanen Sport Center.
Pelaku penembakan diduga dilakukan oleh anggota Polres Polman. Anggota kompi 721/ Makassar pun berusaha membalas dengan menyerang anggota polisi.
Kericuhan pun pecah. Prada Yuliadi yang terkena tembakan di bagian perut dilarikan ke RSU Polewali. Namun, nyawanya tidak tertolong.