Selasa 01 Sep 2015 07:23 WIB

Pasar Busana Muslim Diprediksi akan Terus Meningkat

Rep: c27/ Red: Indah Wulandari
Pergelaran busana Muslim Zalora beberapa waktu lalu. Demi mengembangkan bisnisnya Zalora memiliki gudang baru yang sanggup menampung 1,8 juta buah produk yang dijual di Zalora.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pergelaran busana Muslim Zalora beberapa waktu lalu. Demi mengembangkan bisnisnya Zalora memiliki gudang baru yang sanggup menampung 1,8 juta buah produk yang dijual di Zalora.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sebuah laporan terbaru oleh Euromonitor International meninjau bahwa pasar produk halal terutama industri mode pakaian Islam akan menunjukkan kenaikan. Terutama jika investasi dalam merek lokal yang ada atau bekerja sama dengan desainer busana muslim untuk membuat label baru.

"Namun, menciptakan merek baru memerlukan penelitian yang solid di pasar lokal dan sumber daya keuangan untuk mengembangkan proses manufaktur dan rantai pasokan yang dapat menjamin kepatuhan terhadap standar halal diterima secara luas," kata analis riset Euromonitor Internasional Natalia Gorzawski dilansir dari OnIslam, Selasa (1/9).

Ia menjelaskan bahwa untuk memanfaatkan potensi penuh dari segmen konsumen yang akan dilayani, terutama di negara-negara berkembang, produsen harus membuat lini busana yang terjangkau yang dapat melayani permintaan dari pasar massal dan bukan hanya minoritas kecil dari konsumen kelas atas saja.

Menurut perkiraan Euromonitor, negara yang termasuk dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menyumbang 7,9 persen dari pasar fesyen di tahun 2014, dan meningkat bertahap dari 8,1 persen pada 2015, 8,4 persen pada 2016, 8,8 persen pada tahun 2017, dan sampai 9,1 persen di 2018.

"Dengan potensi busana muslim yang luar biasa yang ditawarkan di masa depan, akan bodoh untuk mengabaikan potensi jangka panjang," kata Gorzawski.

Menurutnya, pada tahun 2013, 57 negara yang termasuk dalam OKI menyumbang 7 persen dari total nilai penjualan pakaian dan alas kaki. Dengan sekitar dua miliar Muslim dunia, hal itu merupakan potensi yang tidak bisa dikesampingkan.

Menurut laporan Reuters, Islamic Finance Gateway yang bekerja sama dengan Dinar Standard dalam publikasinya "Negara Ekonomi Islam Global," menetapkan bahwa secara kolektif, diperkirakan sektor konsumen dan gaya hidup Muslim senilai 1.600 miliar dolar AS pada 2012, dengan pertumbuhan pasar tersebut diperkirakan akan mencapai 2.470 miliar dolar A pada tahun 2018.

Dengan peningkatan ini menunjukan bahwa perempuan Muslim mulai melirik gaya berbusana lebih modern, meski tetap tidak meninggalkan nilai-nilai Islam dalam berpakaian. Perempuan Muslim modern kini lebih sadar akan busana dan tidak ingin kalah dengan cara berbusana biasa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement