REPUBLIKA.CO.ID, VICTORIA -- Ratusan warga Kota Bendigo di negara bagian Victoria, Australia turun ke jalan guna menghadang aksi kelompok anti-Islam yang datang ke kota mereka, Sabtu (29/8). Kedatangan kelompok anti-Islam untuk memprotes rencana pembangunan masjid di kota itu.
Peradilan Administrasi Victoria (VCAT) yang memeriksa perizinan mendirikan bangunan sebelumnya telah mengesahkan izin mendirikan masjid yang diterbitkan Pemerintah Bendigo atas permohonan warga Muslim di kota itu.
Namun, sejumlah warga setempat sejak lama menyuarakan keberatan mereka dengan rencana tersebut.
Tiba-tiba akhir pekan lalu, serombongan anggota dan simpatisan kelompok anti-Islam bernama United Patriots Front (UPF) mendatangi kota Bendigo yang berjarak sekitar dua jam dari Melbourne. Maksud kedatangan mereka untuk menunjukkan sikap mereka menentang kehadiran masjid di kota yang pernah menjadi kota pertambangan tersebut.
Setidaknya ada tiga kelompok warga anti-rasis yang turun ke jalan. Mereka meneriakkan yel-yel seperti, "Muslims are welcome, racists are not". Ada pula yang meneriakkan "Nazi scum off our streets".
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, kepolisian setempat menurunkan puluhan anggotanya untuk menjaga kedua kelompok tidak terlibat bentrok. Meski demikian, di sana-sini terjadi adanya bentrok kecil yang segera bisa dihentikan oleh polisi.
Selama aksi berlangsung, tampak kedua kelompok terus saling berteriak satu sama lain, namun polisi secara profesional berhasil menjaga ketertiban. Sejumlah warga yang anti-rasis tampak mengenakan penutup wajah karena khawatir dengan apa yang terjadi.
Seorang warga Bendigo dengan marah menyebut aksi protes tersebut konyol karena telah menutup pusat kota. Anggota UPF sendiri tidak berasal dari Bendigo, namun sebelumnya mereka menyatakan akan datang ke kota mana pun yang mereka inginkan karena "tanah air ini milik kami".
Seorang pejabat lokal, Elise Chapman turut menyaksikan orasi kelompok anti-Islam dengan bendera Australia di pundaknya serta membawa poster bertuliskan "Islam menindas perempuan".
Pejabat ini memang secara terbuka menyatakan tidak suka pada Islam. Pada awal tahun ini, misalnya, ia memicu kontroversi dengan memposting di akun twitternya @Elise_Chapman gambar anak-anak yang disunat kepada kelompok pendukung masjid di Bendigo.
Mengenai rencana pendirian masjid itu sendiri, Peradilan VCAT dilaporkan telah memutuskan tidak ada bukti kehadiran masjid di Bendigo akan membawa dampak sosial atau dampak buruk lainnya yang signifikan.
Namun, dalam memberikan persetujuan terhadap izin pendirian masjid tersebut, VCAT menetapkan sejumlah persyaratan, termasuk jumlah orang yang diperbolehkan hadir di masjid itu pada saat-saat tertentu, batasan tinggi menara maksimal 21,4 meter, serta pembatasan jam buka yang ketat.