Jumat 04 Sep 2015 21:11 WIB

Keunikan Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten Lama is a tourist destination in Banten Province. The province may add another tourist destination when a floating mosque is built this year. (photo file)
Foto: flickr.com
Masjid Agung Banten Lama is a tourist destination in Banten Province. The province may add another tourist destination when a floating mosque is built this year. (photo file)

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Selain atap, keunikan masjid ini terletak dari banyaknya tiang penyangga atap. Setidaknya, ada 24 tiang penyangga atap yang kesemuanya berbentuk segi delapan. Hatta menjelaskan, delapan bentuk persegi tersebut merupakan hasil pembagian dari 24 dibagi tiga.

Menurut tokoh Banten ini, ke-24 tiang itu merupakan simbol waktu dalam sehari, yakni 24 jam. Sementara itu, angka tiga merupakan simbol dari ibadah, ma’isyah, dan istirahah. Jadi, pesan yang disampaikan adalah agar umat Islam bisa memanfaatkan waktu seadil-adilnya untuk ketiga hal tersebut, yang masing-masing memiliki alokasi waktu sebanyak 8 jam. Ada waktu untuk beribadah, waktu untuk bekerja, dan waktu untuk mencari penghidupan, serta waktu istirahat, atau tidur, jelasnya.

Selain itu, Masjid Agung Banten ini juga memiliki menara yang sangat unik. Bentuknya mirip mercusuar. Tingginya mencapai 24 meter. Menara ini terletak di sebelah timur masjid. Terbuat dari batu bata dengan diameter bagian bawahnya kurang lebih sepuluh meter.

Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan yang melewati lorong, yang hanya dapat ditempuh oleh satu orang. Dari atas menara ini akan terlihat pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai. Sebab, jarak antara menara dengan laut hanya sekitar 1,5 km. Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan azan, menara ini juga digunakan sebagai tempat menyimpan senjata.

Masjid banten ini juga memiliki pintu yang unik. Pintu masuk masjid di sisi depan berjumlah enam buah yang melambangkan rukun Iman. Enam pintu itu dibuat pendek. Tujuannya, agar setiap jamaah senantiasa merendahkan diri di hadapan Allah SWT, serta menanggalkan segala bentuk keangkuhan.

Di dalam masjid juga terdapat mimbar yang besar dan antik penuh hiasan dan warna. Beberapa kalangan mengatakan, tempat khutbah ini merupakan wakaf Nyai Haji Irad Jonjang Serang pada 23 Syawal 1323 Hijriyah (1903 Masehi), sebagaimana tertulis dalam huruf Arab gundul pada lengkung bagian atas muka mimbar.

Selain itu, Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah—berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda yang bernama Hendick Lucasz Cardeel. Biasanya, acara-acara seperti rapat dan kajian Islami dilakukan di sini.

Banyak lagi hal-hal unik yang terdapat di Masjid Agung Banten ini. Misalnya, umpak dari batu andesit berbentuk labu yang berukuran besar dan beragam pada setiap dasar tiang masjid. Adapun yang berukuran paling besar dengan garis labu yang paling banyak adalah umpak pada empat tiang saka guru di tengah-tengah ruang shalat.

Menurut Hatta, labu tersebut merupakan simbol dari pertanian. Sebab, Banten Lama terkenal makmur, gemah rimpah loh jinawi. Bahkan, pada masa kepemimpinan Maulana Yusuf, Banten terkenal dengan persawahannya yang luas hingga mencapai batas sungai Citarum. Keberadaan Danau Tasikardi di sekitar masjid (bagian belakang masjid lebih kurang 100 meter dari masjid) merupakan bukti lain yang menguatkan pendapat ini.

Di sebelah selatan masjid terdapat makam para Sultan Banten beserta keluarganya. Di antaranya, makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara itu, di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin.

Masjid Agung Banten merupakan situs bersejarah penyebaran Islam di Jawa. Masjid Agung Banten adalah salah satu peninggalan yang kaya akan nilai-nilai sejarah dan multibudaya, termasuk Islam.

Masjid Agung Banten ini juga menjadi tempat favorit ziarah umat Islam di Jawa. Namun, ada beberapa catatan yang mesti diperhatikan oleh warga sekitar dan Pemda setempat. Misalnya, perlunya penataan kios pedagang agar lebih rapi sehingga tidak merusak pemandangan dan keindahan masjid. Selain itu, perlunya menjaga kebersihan pekarangan masjid. Tentunya, dengan lingkungan yang asri, kios pedagang yang tertata rapi di sekitar Masjid Agung Banteng bisa menjadi salah satu objek pariwisata unggulan Provinsi Banten.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement