REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seiring berkembangnya teknologi, pendistribusian hewan kurban kini tidak lagi terpaku lagi lagi dengan pola lama yang membagikan daging segar.
Salah satu metode penyalurannya dengan sistem pengalengan daging kornet, seperti yang diterapkan oleh lembaga filantropi Rumah Zakat.
CEO Rumah Zakat (RZ) Nur Effendy mengatakan, cara ini dipilih untuk meminimalisir dampak-dampak negatif yang sering ditemukan di lapangan.
"Pembagian kurban di masjid biasanya sampai mengantre berdesak-desakan bahkan sampai ada yang pingsan," ungkap Nur, Selasa (8/9).
Nur menambahkan, penyaluran daging kurban dengan cara tradisional rentan modus negatif yang dijadikan bisnis baru menjelang Idul Adha.
Ia juga melihat ada oknum-oknum yang sengaja memanfaatkan seluruh anggota keluarga untuk mengantre agar mereka bisa mendapatkan daging lebih dan bisa dijual ke orang lain. Hal ini tentunya akan menimbulkan ketidakadilan.
Sistem daging qurban kornet atau bagi RZ disebut dengan Superqurban merupakan salah satu alternatif meminimalisir dampak dan praktek negatif tersebut. Selain itu, manfaat lainnya adalah lebih praktis dan dapat menjangkau sampai ke pelosok.
Nur mengaku, hingga saat ini masih proses distribusi masih dalam koordinasi dengan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan untuk bisa mencapai pulau terluar di Indonesia.
Di Indonesia, penyaluran Superqurban sudah mencapai daerah-daerah perbatasan. Sedangkan untuk mancanegara, superqurban sudah mencapai Somalia, Palestina, Filipina hingga Nepal.
"Apabila kurban biasa hanya bisa dikonsumsi di hari H dan hari tasyrik, kini dengan Superqurban pendistribusian bisa lebih optimal, terstruktur dan tepat sasaran," kata Nur.