REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Transportasi Djoko Setyowarno menilai, pembangunan rel kereta api di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, tidak serta merta menjamin dapat menurunkan waktu tunggu dan biaya angkut barang atau yang dikenal Dwelling Time.
"Dengan dibongkarnya beton yang menutup rel ke Pelabuhan Tanjung Priok, lalu segera dibangun dan selesai tiga bulan lagi, belum tentu dapat meningkatkan kapasitas KA angkutan barang," ujar Djoko dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (15/9).
Menurutnya, kapasitas lintas di Jabodetabek sudah terlampau jenuh, baik untuk KA penumpang jarak jauh, Commuter Line, maupun KA Barang, dimana juga harus disediakan waktu pemeliharaan rutin maupun berkala.
Ia meminta, agar tidak mencampuradukan dalam waktu bersamaan operasi KA Penumpanh dengan KA Barang karena terlalu riskan.
"Apalagi sekarang penumpang KRL Jabodetabek sudah mendekati angka satu juta penumpang. Data akhir sudah mencapai 914 ribu penumpang," katanya menambahkan.
Sebagai gambaran, pada masa dulu, ia katakan, banyak produk dari Jawa Tengah, dan Bandung Selatan (Ciwidey) seperti gula, teh, kina, dan jati dibawa menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok untuk slnjutnya dibawa ke Eropa.
"Tapi, setidaknya dengan masuknya rel hingga dermaga pelabuhan akan menginspirasi semua pelabuhan besar harus ada akses jalan rel seperti yang sudah dibuat Belanda 100 tahun lalu. Tidak hanya jalan raya saja yang diberi akses," tegasnya.